BANDA ACEH, KOMPAS.com — Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri mengungkapkan, 14 tersangka teroris yang masih dikejar kepolisian di wilayah Aceh saat ini tergolong teroris berbahaya.
Menurut Kapolri, komplotan tersebut merupakan komplotan yang terlibat pada sejumlah peristiwa pengeboman di Indonesia beberapa tahun silam, seperti Hotel JW Marriott, Kedutaan Besar Australia, dan Bali.
"Teroris yang masih tersisa ini termasuk dalam DPO (daftar pencarian orang) yang berbahaya. Mereka punya keahlian," kata Kapolri saat mengunjungi Kepolisian Sektor Leupung di Kabupaten Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussalam, Selasa (16/3/2010).
Kelompok bersenjata yang diduga terkait dengan jaringan teroris di Aceh itu diduga merupakan simpul dari berbagai macam elemen dan latar belakang individu (dari luar Aceh) yang memang telah lama bermain dalam berbagai aksi kekerasan. Selain orang-orang lama, mereka juga berjejaring dalam sistem kekerabatan.
Salah seorang tokoh penting adalah Tono alias Rahmad alias Bayu Suseno, adik Pura Sudarma yang diduga membawa senjata AK-47. Tono adalah salah seorang dari tujuh nama DPO yang telah dikeluarkan Kepolisian Daerah Aceh. Nama lainnya adalah Abu Yusuf alias Mustaqim, Ubaid alias Jakfar, Ziad alias Deni Suramto, Pandu alias Abu Asma, Abu Rimba alias Munir, dan Usman alias Gito.
Ziad alias Deni Suramto alias Toriq berasal dari Solo. Ziad adalah adik ipar Rois, terpidana mati kasus peledakan bom Kedutaan Besar Australia pada 2004. Sementara itu, salah seorang tersangka teroris yang tewas dalam pengepungan di Leupung, Aceh Besar, Jumat lalu, adalah Pura Sudarma alias Jaja, paman Rois. Selain Jaja, yang tewas dalam pengepungan tersebut adalah Enceng Kurnia alias Arham yang merupakan bekas narapidana kasus bom Kedubes Australia yang telah bebas dari penjara.
Ziad adalah alumnus Ma’had Ali Solo yang sebelumnya adalah bekas narapidana terorisme karena berperan pernah menyembunyikan Azahari dan Noordin M Top. Selain Ziad, buronan pemain lama adalah Ubaid asal Magetan yang juga bekas narapidana terorisme yang pernah menyembunyikan Azahari dan Noordin M Top.
Sementara itu, berdasarkan dokumen video latihan mereka dan penelusuran di lokasi ditemukan sarana latihan berupa halang rintang, latihan untuk menembak, serta puluhan selongsong peluru. Lokasi tersebut berada di perbukitan, sekitar 70 kilometer dari Banda Aceh. Lokasi itu ditempuh sekitar tiga jam dengan berjalan kaki dari Desa Jalin.
Sejauh ini polisi telah menangkap 38 tersangka teroris sejak Februari lalu, termasuk yang di Pamulang. Tujuh di antaranya meninggal dan 31 orang ditangkap. (WIN/NTA/LAS/MHD/SF/AIK)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.