Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antara Mikrofon dan Suara Wakil Rakyat....

Kompas.com - 04/03/2010, 08:05 WIB

Oleh: Anita Yossihara

JAKARTA, KOMPAS.com — Siapa yang tak tahu kegunaan mikrofon? Orang kebanyakan mengenal mikrofon sebagai pengeras suara. Namun, bagi para wakil rakyat yang menggelar rapat di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Senayan, Jakarta, mikrofon bukanlah sembarang pengeras suara, melainkan bentuk pemasungan.

Buktinya, para anggota DPR langsung panik begitu mikrofon di depannya tiba-tiba mati. Peristiwa itu terjadi di pengujung rapat paripurna pembahasan hasil penyelidikan Panitia Khusus DPR tentang Hak Angket Bank Century di Gedung Nusantara II, Selasa (2/3/2010).

Suasana menjadi hiruk-pikuk karena banyak anggota DPR yang mengajukan interupsi. Namun, Ketua DPR Marzuki Alie yang memimpin rapat terlihat cuek dan tak menghiraukan teriakan para anggotanya. Semakin banyak saja anggota yang ingin menyampaikan pendapat, tetapi mikrofon tiba-tiba mati, tidak bisa digunakan. Alhasil, suara para wakil rakyat itu pun semakin tak terdengar.

Kecelakaan—kalau boleh disebut begitu—matinya mikrofon itu berdampak buruk. Beberapa anggota DPR lantas merangsek maju ke arah podium untuk meraih mikrofon yang masih menyala dan masih bisa digunakan.

Tidak terkecuali anggota Pansus dari Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Akbar Faisal, yang dikenal cukup vokal. Belum sempat bicara panjang lebar, tiba-tiba ada tangan yang menariknya dari podium. Politisi asal Makassar itu pun lantas digelandang keluar ruang rapat.

Hiruk-pikuk di depan meja pimpinan sidang masih terus berlanjut sekalipun Marzuki telah mengetuk palu menutup rapat. Rupanya, masalah mikrofon tidak lantas berhenti di ruang sidang paripurna. Masalah matinya mikrofon terus dibahas hingga di luar ruang sidang.

Memasung hak bicara

Fraksi Partai Hanura menyampaikan protes atas matinya mikrofon itu. Bagi mereka, mematikan mikrofon berarti memasung hak bicara para wakil rakyat. ”Kami keberatan dan protes keras atas dimatikannya mikrofon anggota DPR,” kata Ketua Fraksi Partai Hanura Abdillah Fauzi Achmad.

Fraksi Partai Hanura menengarai ada kongkalikong antara pimpinan sidang dan Sekretariat Jenderal (Setjen) DPR. Sengaja atau tidak, faktanya mikrofon mati dan itu dianggap sebagai cara melumpuhkan hak bicara para anggota DPR. ”Ini tidak boleh terjadi lagi. Kami protes keras kepada ketua sidang. Kami protes keras kepada Sekjen DPR,” ujarnya.

Permasalahan matinya mikrofon pun masih saja dibahas hingga rapat paripurna digelar, Rabu pagi kemarin. Beberapa anggota DPR kembali mempersoalkan perihal matinya mikrofon. Sekjen DPR Nining Indra Saleh pun menjelaskan prosedur penggunaan mikrofon. Dia menjelaskan, mikrofon akan mati otomatis jika menyala dalam waktu bersamaan selama lebih kurang enam menit. Karena itulah, penggunaan mikrofon pun harus diatur sedemikian rupa.

Mikrofon memang hanyalah alat yang berfungsi untuk mengubah gelombang bunyi ke dalam isyarat listrik untuk penyiaran atau perekaman bunyi. Namun, perannya dalam perpolitikan di Indonesia cukup besar.

Tanpa mikrofon, mungkin bangsa ini tidak pernah mendengar pidato-pidato menggelegar Bung Karno. Tanpa mikrofon, mungkin orasi-orasi Bung Tomo yang menyulut semangat arek-arek Surabaya dalam pertempuran melawan penjajah tidak pernah terdengar. Tanpa mikrofon pula, siapa bisa mendengar pemikiran atau suara para wakil rakyat?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Blusukan di Kalteng, Jokowi Kaget Harga Bahan Pokok Hampir Sama dengan di Jawa

Blusukan di Kalteng, Jokowi Kaget Harga Bahan Pokok Hampir Sama dengan di Jawa

Nasional
Menko Polhukam: Pilkada Biasanya 2 Kali, di Daerah dan MK, TNI-Polri Harus Waspada

Menko Polhukam: Pilkada Biasanya 2 Kali, di Daerah dan MK, TNI-Polri Harus Waspada

Nasional
Bandar Judi Online Belum Disentuh, Kriminolog: Apa Benar Aparat Terkontaminasi?

Bandar Judi Online Belum Disentuh, Kriminolog: Apa Benar Aparat Terkontaminasi?

Nasional
Banjir Rendam 3 Desa Dekat IKN di Penajam Paser Utara

Banjir Rendam 3 Desa Dekat IKN di Penajam Paser Utara

Nasional
DPR Dorong PPATK Laporkan Anggota Dewan yang Main Judi 'Online' ke MKD

DPR Dorong PPATK Laporkan Anggota Dewan yang Main Judi "Online" ke MKD

Nasional
Jelang Puluhan PSU, Bawaslu Sebut Masih Ada Potensi Penyelenggara Tak Netral

Jelang Puluhan PSU, Bawaslu Sebut Masih Ada Potensi Penyelenggara Tak Netral

Nasional
PDI-P: Tak Ada Tawaran Ganjar Jadi Menteri Prabowo

PDI-P: Tak Ada Tawaran Ganjar Jadi Menteri Prabowo

Nasional
Dalami Laporan Dugaan Pelanggaran Etik, KY Buka Peluang Periksa Majelis Hakim Perkara Gazalba Saleh

Dalami Laporan Dugaan Pelanggaran Etik, KY Buka Peluang Periksa Majelis Hakim Perkara Gazalba Saleh

Nasional
Soal Pihak yang Terlibat Aliran Dana Rp 5 Triliun ke 20 Negara, PPATK Enggan Beberkan

Soal Pihak yang Terlibat Aliran Dana Rp 5 Triliun ke 20 Negara, PPATK Enggan Beberkan

Nasional
Kasus Dana PEN Muna, Eks Dirjen Kemendagri Dituntut 5 Tahun 4 Bulan Penjara

Kasus Dana PEN Muna, Eks Dirjen Kemendagri Dituntut 5 Tahun 4 Bulan Penjara

Nasional
BSSN Akui Data Lama INAFIS Bocor, Polri Akan Lakukan Mitigasi

BSSN Akui Data Lama INAFIS Bocor, Polri Akan Lakukan Mitigasi

Nasional
Anies dan Ganjar Diprediksi Menolak jika Ditawari jadi Menteri Prabowo

Anies dan Ganjar Diprediksi Menolak jika Ditawari jadi Menteri Prabowo

Nasional
Ingatkan Satgas, Kriminolog: Jangan Dulu Urusi Pemain Judi 'Online'

Ingatkan Satgas, Kriminolog: Jangan Dulu Urusi Pemain Judi "Online"

Nasional
Dilema PDI-P di Pilkada Jakarta: Gabung PKS atau Buat Koalisi Baru

Dilema PDI-P di Pilkada Jakarta: Gabung PKS atau Buat Koalisi Baru

Nasional
Jelang Pilkada, Baharkam Polri Minta Jajaran Petakan Kerawanan dan Mitigasi Konflik

Jelang Pilkada, Baharkam Polri Minta Jajaran Petakan Kerawanan dan Mitigasi Konflik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com