Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curhat, SBY Bak Mencoreng Arang di Muka Sendiri?

Kompas.com - 04/02/2010, 08:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Peribahasa mencoreng arang di muka sendiri mungkin tepat menggambarkan langkah yang diambil Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika membeberkan adanya tudingan yang menyamakan dirinya seperti kerbau; berbadan besar, malas, dan bodoh, di hadapan jajaran menteri dan gubernur se-Indonesia di Istana Kepresidenan di Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, Selasa lalu.

Awalnya, Presiden meminta agar hal tersebut dibahas sehingga demokrasi, budaya, dan peradaban di Indonesia bisa diselamatkan. Namun hingga rapat kerja selama dua hari yang dipimpin langsung Presiden selesai, persoalan ini malah sama sekali tidak dibahas. "Rapat kerja memfokuskan tentang hambatan dalam pembangunan hasil-hasil 100 hari serta solusi dan jalan keluar yang operasional dari persoalan-persoalan itu," ujar Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto.

Ditambahkan Djoko, Presiden tidak meminta aparat untuk menindak demo yang dinilai tidak etis tersebut. Lantas, apa maksud Presiden membeberkan persoalan tersebut? Apakah hanya sekedar memberi tahu saja, seperti yang diutarakan oleh Menkopolhukam? Yang jelas, terlepas apakah tudingan tersebut benar-benar ada atau tidak, kini rakyat di seluruh Indonesia menjadi mengetahui "aib" tersebut. Padahal, selang empat hari setelah aksi demo 28 Januari, masyarakat sama sekali tidak mengetahui adanya tudingan tersebut. Begitu juga para jurnalis yang berada di lokasi demo 28 Januari.

Yosef Rizal, Koordinator Pemuda Cinta Tanah Air (Pecat), elemen massa yang membawa kerbau tersebut, menegaskan, kerbau tersebut bukan ditujukan langsung ke Presiden. Menurutnya, simbol kerbau tersebut ditujukan ke seluruh jajaran pemerintahan SBY, bukan perorangan. "Kalau SBY memaknainya sebagai simbol pemimpin yang gemuk, malas, dan lamban meski sudah dipecut, itu terserah dia," ujar Yosef.

Menurut Yosef, pengakuan tersebut hanyalah taktik belaka. "Itu bagian dari politik kehumasan dan strategi dia. Karena dia kan selalu mengeluh untuk pencitraan," tambahnya.

Wasiat SBY

Sementara itu, terkait tudingan pengamat politik bahwa perkataan SBY sekedar "curcol" alias curhat colongan, Ketua DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum menepisnya. Menurut Anas, apa yang disampaikan di Istana Cipanas menunjukkan bahwa SBY peduli dengan etika politik. "Bukan berkeluh-kesah. SBY tengah berwasiat tentang nilai kebajikan publik, yakni bagaimana cara berdemokrasi, termasuk lewat demonstrasi, yang etis dan terhormat," ujarnya.

"Demonstrasi tetap membutuhkan panduan etika dan kepatutan. Kalau tanpa etika, demonstrasi tidak akan menjadi ekspresi demokrasi dan sikap kritis. Justru demonstrasi yang tuna etika akan menjadi kepanjangan dari kebencian dan ketidakdewasaan. Karena itu, sebaiknya massa demonstrasi menjauhkan diri dari cara-cara yang kasar dan tanpa etika. Jika demonstrasi tuna etika diteruskan, ini berpotensi menjadi penyakit demokrasi dan lahan persemaian kebencian politik," tambah Anas.

Secara terpisah, Ketua DPR Marzuki Alie meminta agar massa demonstrasi tetap memiliki etika Ketimuran ketika beraksi. Politisi Partai Demokrat ini juga meminta pendemo untuk menggunakan forum-forum yang telah disediakan untuk menyampaikan aspirasinya. Dengan demikian, aspirasi tersebut sampai pada orang yang tepat. Marzuki menambahkan, saat ini masyarakat Indonesia tidak happy dengan cara-cara pendemo menyampaikan aspirasinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kompolnas Duga Ada Pelanggaran Penugasan Brigadir RAT untuk Kawal Pengusaha

Kompolnas Duga Ada Pelanggaran Penugasan Brigadir RAT untuk Kawal Pengusaha

Nasional
Surya Paloh Pamer Nasdem Bisa Dukung Anies, tapi Tetap Berada di Pemerintahan Jokowi

Surya Paloh Pamer Nasdem Bisa Dukung Anies, tapi Tetap Berada di Pemerintahan Jokowi

Nasional
Sempat Ditunda, Sidang Praperadilan Pimpinan Ponpes Al Zaytun Panji Gumilang Digelar Lagi Hari Ini

Sempat Ditunda, Sidang Praperadilan Pimpinan Ponpes Al Zaytun Panji Gumilang Digelar Lagi Hari Ini

Nasional
Hardiknas 2024, Puan Maharani Soroti Ketimpangan Pendidikan hingga Kesejahteraan Guru

Hardiknas 2024, Puan Maharani Soroti Ketimpangan Pendidikan hingga Kesejahteraan Guru

Nasional
Rakornis, Puspom dan Propam Duduk Bersama Cegah Konflik TNI-Polri Terulang

Rakornis, Puspom dan Propam Duduk Bersama Cegah Konflik TNI-Polri Terulang

Nasional
Hardiknas 2024, Pertamina Goes To Campus 2024 Hadir di 15 Kampus Terkemuka

Hardiknas 2024, Pertamina Goes To Campus 2024 Hadir di 15 Kampus Terkemuka

Nasional
Atasan Tak Tahu Brigadir RAT Kawal Pengusaha di Jakarta, Kompolnas: Pimpinannya Harus Diperiksa

Atasan Tak Tahu Brigadir RAT Kawal Pengusaha di Jakarta, Kompolnas: Pimpinannya Harus Diperiksa

Nasional
Harap PTUN Kabulkan Gugatan, PDI-P: MPR Bisa Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Harap PTUN Kabulkan Gugatan, PDI-P: MPR Bisa Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Nasional
Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Absen Sidang Etik Perdana

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Absen Sidang Etik Perdana

Nasional
Terbukti Selingkuh, Hakim Pengadilan Agama di Asahan Diberhentikan

Terbukti Selingkuh, Hakim Pengadilan Agama di Asahan Diberhentikan

Nasional
Dukung Program Prabowo-Gibran, Partai Buruh Minta Perppu Cipta Kerja Diterbitkan

Dukung Program Prabowo-Gibran, Partai Buruh Minta Perppu Cipta Kerja Diterbitkan

Nasional
Sidang Gugatan PDI-P Kontra KPU di PTUN Digelar Tertutup

Sidang Gugatan PDI-P Kontra KPU di PTUN Digelar Tertutup

Nasional
Hakim MK Berang KPU Tak Hadiri Sidang Sengketa Pileg, Tuding Tak Pernah Serius sejak Pilpres

Hakim MK Berang KPU Tak Hadiri Sidang Sengketa Pileg, Tuding Tak Pernah Serius sejak Pilpres

Nasional
PTUN Gelar Sidang Perdana PDI-P Kontra KPU Hari Ini

PTUN Gelar Sidang Perdana PDI-P Kontra KPU Hari Ini

Nasional
Profil Andi Gani, Tokoh Buruh yang Dekat dengan Jokowi Kini Jadi Staf Khusus Kapolri

Profil Andi Gani, Tokoh Buruh yang Dekat dengan Jokowi Kini Jadi Staf Khusus Kapolri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com