Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlu Tak Perlu Memperdebatkan "Si Crown"....

Kompas.com - 05/01/2010, 11:50 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Lebih dari sepekan, kendaraan dinas bagi para pejabat negara, Toyota Crown Royal Saloon, beredar di jalanan Ibu Kota. Kontroversi sempat mewarnai saat mobil yang konon berharga Rp 1,3 miliar ini menggantikan mobil yang tak kalah mewahnya, Toyota Camry.

Salah satu pimpinan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Laode Ida, memilih mengembalikan kendaraan yang sudah seminggu nangkring di garasi rumahnya. Kata Laode, sedan cling berwarna hitam itu terlalu mewah untuk dijadikan fasilitas yang pengadaannya berasal dari keuangan negara.

"Camry itu sudah mewah sekali. Perdana Menteri Malaysia saja, menurut info yang saya dapat, mobilnya seharga Rp 200 juta, ada yang Rp 190 juta-an. Silakan kalau mau bermewah-mewah, tapi jangan pakai uang negara," kata Laode, kemarin.

Mobil itu dikembalikannya ke Setjen DPD untuk selanjutnya dikembalikan kepada negara. "Semoga cepat dilelang dan uangnya untuk program kesejahteraan rakyat," ujarnya.

Perlukah langkah ini diikuti pimpinan dewan lainnya, atau bahkan semua pejabat negara? Dua pimpinan fraksi yang dimintakan tanggapan memiliki pandangan yang berbeda.

Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Marwan Djafar berpendapat, persoalan mobil dinas tak perlu lagi diperdebatkan. "Itu bukan hal yang harus diperpanjang secara bertele-tele. Yang penting penggunaan anggaran akuntabel dan transparan," katanya saat dimintai tanggapan, Selasa (5/1/2010).

Penjelasan mengenai penggunaan anggaran untuk pembelian mobil-mobil itu, menurutnya, harus diberikan sejelas-jelasnya dan tidak berbelit-belit. Menurut Marwan, pemberian fasilitas mobil itu untuk menunjang kinerja para pejabat. "Jujur saja kepada rakyat bahwa itu untuk menunjang kinerja," kata Marwan.

Ketua Fraksi PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo punya pandangan berbeda. Menurutnya, pimpinan dewan sebaiknya mengembalikan mobil dinas tersebut. "Menurut saya, sebaiknya pimpinan DPR mengembalikan mobil mewah Toyota Crown itu kepada pemerintah," ujar Tjahjo.

Menurutnya, jika mobil dinas sekelas Toyota Camry yang digunakan selama 5 tahun terakhir dianggap bekas, DPR melalui anggarannya bisa membeli mobil dinas yang jauh lebih murah. "Beli saja sendiri mobil Camry baru buat pimpinan DPR atau membeli tambahan mobil bekas yang lebih besar atau mewah mereknya. Kan harganya masih bisa di bawah 400 juta," kata dia.

Ia menilai, sebagai lembaga perwakilan rakyat, DPR seharusnya melihat kondisi kehidupan rakyat yang masih jauh dari kesejahteraan. "DPR harus memberi contoh, pakai mobil bekas mewah kan juga tidak masalah dan harganya juga murah. Tidak perlu malu, yang penting kinerjanya, bukan tampilan mobil baru mewahnya," kata anggota Komisi XI DPR ini.

Pemberian fasilitas mewah juga dikhawatirkan menjadi contoh bagi pemerintah daerah untuk turut bermewah-mewah. Oleh karena itu, pemerintah pusat melalui Menteri Dalam Negeri diharapkan membuat keputusan menteri yang ditujukan kepada pejabat daerah untuk menggunakan kendaraan dinas yang wajar.

Sosiolog Universitas Indonesia Imam Prasodjo, kepada Kompas.com pekan lalu, menyatakan prihatin dengan fasilitas pejabat yang menurutnya sangat "wah". Masyarakat, menurutnya, menunggu hasil kerja pemerintah dan para pejabat negara, bukan pengambilan kebijakan yang menimbulkan gejolak.

"Saat banyak yang menunggu hasil kerja 100 hari, masih ramai dengan kasus Century, pembelian mobil ini saya nilai sebagai sesuatu yang hanya mementingkan simbol dan image," kata Imam.

Maka dari itu, ia menganggap wajar jika masyarakat berpandangan menjadi pejabat penuh dengan kemewahan dan menafikan nilai dari sebuah pengabdian. Jadi, perlu atau tidak diperdebatkan? Mungkin hati nurani bisa memberikan jawaban.....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Temani Jokowi Peringati Hari Pancasila, AHY: Jangan Hanya Peringati, tapi Dijiwai

Temani Jokowi Peringati Hari Pancasila, AHY: Jangan Hanya Peringati, tapi Dijiwai

Nasional
Tak Persoalkan Anies dan Sudirman Said Ingin Maju Pilkada Jakarta, Refly Harun: Kompetisinya Sehat

Tak Persoalkan Anies dan Sudirman Said Ingin Maju Pilkada Jakarta, Refly Harun: Kompetisinya Sehat

Nasional
Peringati Hari Lahir Pancasila, AHY: Pancasila Harus Diterapkan dalam Kehidupan Bernegara

Peringati Hari Lahir Pancasila, AHY: Pancasila Harus Diterapkan dalam Kehidupan Bernegara

Nasional
Prabowo Sebut Diperintah Jokowi untuk Bantu Evakuasi Warga Gaza

Prabowo Sebut Diperintah Jokowi untuk Bantu Evakuasi Warga Gaza

Nasional
Simpul Relawan Dorong Anies Baswedan Maju Pilkada Jakarta 2024

Simpul Relawan Dorong Anies Baswedan Maju Pilkada Jakarta 2024

Nasional
Pemerintah Klaim Dewan Media Sosial Bisa Jadi Forum Literasi Digital

Pemerintah Klaim Dewan Media Sosial Bisa Jadi Forum Literasi Digital

Nasional
Prabowo Kembali Serukan Gencatan Senjata untuk Selesaikan Konflik di Gaza

Prabowo Kembali Serukan Gencatan Senjata untuk Selesaikan Konflik di Gaza

Nasional
Kloter Terakhir Jemaah Haji Indonesia di Madinah Berangkat ke Mekkah

Kloter Terakhir Jemaah Haji Indonesia di Madinah Berangkat ke Mekkah

Nasional
PKB Beri Rekomendasi Willem Wandik Maju Pilkada Papua Tengah

PKB Beri Rekomendasi Willem Wandik Maju Pilkada Papua Tengah

Nasional
Mengenal Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, Diisi Petinggi Gerindra

Mengenal Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, Diisi Petinggi Gerindra

Nasional
Sebut Serangan ke Rafah Tragis, Prabowo Serukan Investigasi

Sebut Serangan ke Rafah Tragis, Prabowo Serukan Investigasi

Nasional
Refly Harun Sebut Putusan MA Sontoloyo, Tak Sesuai UU

Refly Harun Sebut Putusan MA Sontoloyo, Tak Sesuai UU

Nasional
Mendag Apresiasi Gerak Cepat Pertamina Patra Niaga Awasi Pengisian LPG 

Mendag Apresiasi Gerak Cepat Pertamina Patra Niaga Awasi Pengisian LPG 

Nasional
Menaker: Pancasila Jadi Bintang Penuntun Indonesia di Era Globalisasi

Menaker: Pancasila Jadi Bintang Penuntun Indonesia di Era Globalisasi

Nasional
Momen Jokowi 'Nge-Vlog' Pakai Baju Adat Jelang Upacara di Riau

Momen Jokowi "Nge-Vlog" Pakai Baju Adat Jelang Upacara di Riau

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com