Ketua Aliansi Seni Surabaya Solichin Jabbar secara terpisah mengatakan, pikiran-pikiran Gus Dur sebagai negarawan telah memengubah dan menempatkan demokrasi yang berorientasi kepada kemanusiaan, bukan kepada kepentingan politik.
"Sikapnya sebagai sosok budayawan bisa menangkap perkembangan perilaku pemimpin yang menara gading, tapi menjadi mercusuar yang memberikan cahaya terang kepada peradaban budaya, karena pemimpin kita t idak paham budaya politik," katanya.
Pemimpin Komunitas Ludruk Irama Budaya Mojokerto Eko Edi Karya Susanto mengatakan, seniman tradisi amat kehilangan dengan meninggalnya Gus Dur sebagai kyai sekaligus budayawan. "Sebagai seniman tradisi saya sangat kagum dengan keterbukaan Gus Dur yang ceplas-ceplos, apik-elek dilontarkan," katanya.
Edi Karya mengaku terkesan dengan ketokohan Gus Dur sebagai bapak bangsa (Presiden-red) yang tidak membedakan kelas penguasa dengan wong cilik. "Saya menangkap kesan dari G us Dur untuk tidak ada perbedaan antara para penguasa dengan wong cilik," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.