Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Raffles, Hotel der Nederlanden Hingga Bina Graha

Kompas.com - 07/12/2009, 10:27 WIB

HOTEL der Nederlanden boleh jadi hanya diingat oleh sebagian kecil warga asli Jakarta. Sebagian warga lainnya, pernah mendengar tentang keberadaan hotel di Rijswijk (Jalan Veteran) ini, atau bahkan pernah membaca di salah satu buku sejarah Batavia. Hotel der Nederlanden adalah salah satu hotel ternama di Batavia pada abad 19. Hotel ini berdiri di atas tanah yang sangat luas di Rijswijk dan membentang sepanjang jalan di belakangnya, Jalan Medan Merdeka Utara (Koningsplein Noord).

Di sisi barat hotel yang dibangun pada 1794 itu berdiri bangunan yang berfungsi sebagai rumah dinas gubernur jenderal sedangkan bangunan studio fotografi Woodbury & Page ada di sisi sebelah timur dari hotel itu. Hotel itu sudah tak bersisa lagi. Di atas lahan itu dibangun Bina Graha, bekas kantor Presiden RI Soeharto yang berkuasa selama lebih dari 30 tahun.

Pieter Tency, pemilik awal bangunan yang kemudian menjadi Hotel der Nederlanden, semula membangun gedung itu untuk ia tinggal. Kemudian ia menjual gedung itu ke salah satu anggota Dewan Hindia Belanda, WH van Ijsseldijk. Dari tangan Ijsseldijk, bangunan ini kembali berpindah pemilik. Pemilik baru yang membeli bangunan itu pada 1811 tak lain adalah Thomas Stamford Raffles, yang berkuasa di Jawa pada periode 1811-1816.   

Dalam buku Batavia in Nineteenth Century Photographs, Scott Merrillees menyebutkan, Raffles kemudian menjual kembali rumah itu ke pemerintah Belanda saat harus hengkang dari Jawa pada 1816. Johannes Petrus Faes, pemilik selanjutnya, mengubah bangunan itu menjadi Hotel Place Royale pada 1840. Pada 1846 barulah Hotel der Nederlanden yang terletak tak jauh dari Sungai Ciliwung (membelah Rijswijk -Noordwijk), diresmikan pada bangunan yang sama.

Sebagai hotel yang dinilai terbaik pada zaman itu di kawasan elit Rijswijk, tampaknya pengelola hotel teledor perihal desain, interior, perlengkapan furnitur di hotel sampai pada posisi kamar tidur yang langsung menghadap galeri.  Tamu pria di hotel itu bebas berkeliaran dengan kaki telanjang sambil merokok, penghuni hotel baik pria maupun wanita selalu mengamati pengunjung hotel yang baru datang bagaikan tak pernah melihat manusia lain.  Alhasil pengunjung perempuan asal Amerika yang datang di tahun 1890-an menyatakan kecewa menginap di hotel yang disebut bangsa Belanda sebagai hotel terbaik.

Di awal abad 20 bangunan hotel ini dibangun ulang karena kehadiran Hotel des Indes mulai mengambilalih posisi der Nederlanden. Der Nederlanden bertahan hingga 1940-an sebelum kemudian pada 1950-an berganti nama menjadi Hotel Dharma Nirmala selanjutnya menjadi Markas Cakrabirawa. Pada 1969, Ibnu Sutowo berinisiatif membuat Bina Graha di atas lahan bekas hotel dan rumah Raffles itu.  Gedung ini berada tak jauh dari Istana Merdeka dan Istana Negara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com