Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Effendi Gazali, Partai Demokrat, dan Ronaldo

Kompas.com - 26/11/2009, 13:43 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Langkah fraksi Partai Demokrat yang mendadak mendukung usulan penggunaan hak angket atas kasus dana talangan Bank Century senilai Rp 6,7 triliun membuat sejumlah pihak bertanya-tanya. Terlebih kemarin, Ketua DPR RI Marzuki Alie mengatakan, fraksi Partai Demokrat tertarik menjadi ketua pansus hak angket tersebut.

Pakar komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI) Effendi Gazali mengatakan, secara logika komunikasi politik, wajar jika publik bertanya-tanya mengenai masuknya fraksi terbesar di Parlemen ke dalam barisan pro hak angket. "Jangan-jangan ada musang berbulu domba," ujarnya, Kamis (26/11) di depan Ruang Wartawan DPR RI.

Niat fraksi Demokrat untuk menjadi pemimpin dalam pansus tersebut pun dinilai menyalahi etika politik. Effendi, yang juga aktivis Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi (KOMPAK) ini pun memberikan analogi sederhana. "Misalkan, Anda ingin bergabung dengan sebuah tim sepakbola. Anda yang tiba-tiba datang, tidak bisa mengatakan, 'Saya ingin bergabung dan minta jadi kapten'. Itu tidak mungkin," jelasnya dalam audiensi KOMPAK dengan pimpinan DPR dan inisiator hak angket.

Effendi melanjutkan, "Ronaldo saja, pemain sepakbola termahal di dunia yang baru saja bergabung dengan (klub sepakbola) Real Madrid, tidak bisa langsung memilih mendapatkan ban kapten. Ini logika." Analogi Effendi ini langsung mendapat sambutan meriah dari para inisiator dan aktivis KOMPAK.

"Ya, kita tidak ingin kejam untuk meminta jadi anak gawang. Ya, mungkin pemain pengganti dulu," tambahnya. Lagi-lagi, pernyataan Effendi mendapat sambutan meriah.

Sebagai akademisi, Effendi pun menantang fraksi Partai Demokrat jika memiliki teori yang mematahkan pernyataannya, bahwa niat fraksi pimpinan Anas Urbaningrum ini melanggar etika politik. "Saya bermaksud menantang. Anda boleh pakai buku apa pun, karangan profesor siapa pun, dari kampus mana pun. Bahwa ketika pihak-pihak pengusung hak angket sudah mulai dikooptasikan oleh mereka yang datang terakhir dengan kesadaran mendadak, itu pelanggaran etika politik," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com