Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkait Putusan Pailit, Manajemen TPI ke DPR

Kompas.com - 03/11/2009, 15:54 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Setelah sebelumnya sejumlah karyawan dan serikat pekerja Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) menemui Komisi I (bidang informasi, luar negeri, dan keamanan) dan Komisi IX DPR RI, manajemen TPI mendatangi gedung parlemen terkait putusan pailit Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.

Manajemen TPI diwakili Direktur Program TPI, Erwin Anderson, menemui sejumlah anggota Komisi I DPR yang dipimpin Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Komisi I Hayono Isman (Partai Demokrat) di Gedung DPR/MPR Jakarta, Selasa (3/11).

Erwin mengharapkan, TPI dapat terus menjalankan kegiatan operasional seperti biasa. Manajemen TPI tidak merasa menghadapi keadaan pailit.

Dia mengatakan, keputusan pailit tidak mengganggu kegiatan operasional. Manajemen dan karyawan tidak percaya bahwa tempat mereka bekerja sedang pailit.

"Operasional kami tetap kuat. Bahkan, rating (pemeringkatan acara) kami tidak terganggu," katanya.

Erwin Anderson mengakui, kedatangan manajemen televisi itu ke Komisi I DPR untuk memperoleh dukungan. "Kami datang kemari minta dukungan supaya persoalan kami dapat cepat selesai," katanya.

Beberapa anggota Komisi I, antara lain, Al Muzammil Yusuf (PKS), Yorris Raweyai (Golkar), dan Helmy Fauzi (PDI Perjuangan) menyambut baik kedatangan manajemen dan karyawan TPI. Mereka mendukung manajemen dan karyawan televisi ini untuk tetap melakukan kegiatannya mengingat TPI merupakan aset yang harus dipertahankan.

Namun, terkait persoalan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, kalangan anggota Komisi I DPR menilai, kedatangan manajemen TPI ke Komisi I dinilai kurang tepat karena persoalan hukum ditangani Komisi III DPR.

Meski demikian, anggota Komisi I tetap akan memberi masukan kepada rekan-rekannya yang ada di Komisi III DPR.

Helmy Fauzi mengemukakan, ada dampak yang sangat besar bila TPI dipailitkan. Sebagai stasiun televisi, TPI merupakan aset yang harus dipertahankan.

Apalagi, kata Helmy, TPI dengan jargon "Makin Indonesia Makin Asyik Aja" telah menunjukkan bukti bahwa materi siarannya lebih mengedepankan "cita rasa" Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com