Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Patrialis Akbar Dag, Dig, Dug Bertemu SBY-Boediono

Kompas.com - 19/10/2009, 10:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski malang melintang di dunia perpolitikan, nyali politisi kawakan asal Partai Amanah Nasional Patrialis Akbar sempat menciut saat menerima panggilan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia mengaku jantungnya serasa turun naik ketika akan mengikuti wawancara sekaligus tes kepatutan dan kelayakan calon menteri. 

"Saat menuju ke sini (Cikeas), rasanya deg-degan juga," kata Patrialias Akbar usai bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan Wakil Presiden Boediono di  Puri Cikeas Indah, Bogor, Jawa Barat, Minggu(18/10) kemarin. 

Namun rasa deg-degan itu mulai sirna saat pertemuan berlangsung. Apalagi, saat bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Boediono banyak memberi arahan terkait masalah hukum dan sinkronisasi perundang-undangan di Indonesia. "Saya mencatat banyak masalah hukum, terutama masalah penegakan hukum, budaya hukum, dan persoalan Undang-Undang," terangnya.

Presiden terpilih 2009-2014 juga mendorong terjalinnya koordinasi dengan pihak Komnas HAM dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang HAM. Jalinan kerjasama ini untuk menjadikan pondasi hukum dan HAM di Indonesia tetap tegak selama lima tahun mendatang. "Peraturan perundang-undangan yang ada saling tumpang tindih, padahal hukum adalah primadona di masa depan," ujarnya. 

Berdasar topik pembicaraan tersebut, kuat dugaan Patrialis akan menjadi pengganti politisi asal Partai Golkar Andi Mattalatta sebagai Menteri Hukum dan HAM dalam kabinet Indonesia Bersatu jilid II untuk jangka waktu lima tahun mendatang. 

Dipanggil Dini Hari

Nominator asal PAN ini menyebut, pemanggilan terhadap dirinya pun berlangsung secara mendadak. Ia mendapat telepon dari Menteri Sekretaris Negara Hatta Radjasa ketika ia tengah menjalani rehat di kediamannya. "Saya ditelepon jam 01.00 WIB oleh Hatta Radjasa (Mensesneg). Saat itu saya sudah tidur," ungkapnya.

Pemanggilan ini pun diedarkan di keluarga terdekat. Istri, dan anak diajak berbincang perihal pemanggilan menjadi pembantu SBY-Boediono. "Kita bincang dengan anak di pagi hari," ungkapnya. (ade mayasanto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com