JAKARTA, KOMPAS.com - Meski malang melintang di dunia perpolitikan, nyali politisi kawakan asal Partai Amanah Nasional Patrialis Akbar sempat menciut saat menerima panggilan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia mengaku jantungnya serasa turun naik ketika akan mengikuti wawancara sekaligus tes kepatutan dan kelayakan calon menteri.
"Saat menuju ke sini (Cikeas), rasanya deg-degan juga," kata Patrialias Akbar usai bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan Wakil Presiden Boediono di Puri Cikeas Indah, Bogor, Jawa Barat, Minggu(18/10) kemarin.
Namun rasa deg-degan itu mulai sirna saat pertemuan berlangsung. Apalagi, saat bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Boediono banyak memberi arahan terkait masalah hukum dan sinkronisasi perundang-undangan di Indonesia. "Saya mencatat banyak masalah hukum, terutama masalah penegakan hukum, budaya hukum, dan persoalan Undang-Undang," terangnya.
Presiden terpilih 2009-2014 juga mendorong terjalinnya koordinasi dengan pihak Komnas HAM dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang HAM. Jalinan kerjasama ini untuk menjadikan pondasi hukum dan HAM di Indonesia tetap tegak selama lima tahun mendatang. "Peraturan perundang-undangan yang ada saling tumpang tindih, padahal hukum adalah primadona di masa depan," ujarnya.
Berdasar topik pembicaraan tersebut, kuat dugaan Patrialis akan menjadi pengganti politisi asal Partai Golkar Andi Mattalatta sebagai Menteri Hukum dan HAM dalam kabinet Indonesia Bersatu jilid II untuk jangka waktu lima tahun mendatang.
Dipanggil Dini Hari
Nominator asal PAN ini menyebut, pemanggilan terhadap dirinya pun berlangsung secara mendadak. Ia mendapat telepon dari Menteri Sekretaris Negara Hatta Radjasa ketika ia tengah menjalani rehat di kediamannya. "Saya ditelepon jam 01.00 WIB oleh Hatta Radjasa (Mensesneg). Saat itu saya sudah tidur," ungkapnya.
Pemanggilan ini pun diedarkan di keluarga terdekat. Istri, dan anak diajak berbincang perihal pemanggilan menjadi pembantu SBY-Boediono. "Kita bincang dengan anak di pagi hari," ungkapnya. (ade mayasanto)