Kekuatan gempa Padang yang 7,6 SR tersebut di bawah prakiraan ahli gempa. ”Prediksinya lebih tinggi, bisa sampai 8,8 SR. Itu prakiraan energi yang masih tersimpan di zona yang belum pecah,” kata Sri Widiyantoro.
Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Mineral Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Yusuf Surachman menyebut, energi di Padang memang sudah matang.
Menurut Sri Widiyantoro, dengan pelepasan energi yang bertahap, tidak sekaligus besar melainkan sedikit demi sedikit dengan skala sekitar 7 SR, energi yang tersimpan akan berkurang secara bertahap. ”Akan tetapi, kami tidak bisa tahu apakah pelepasan energinya bertahap, sering-sering tapi tidak besar sekali, atau akan dikeluarkan sekaligus besar,” katanya menambahkan. Energi dari gempa 8,9 SR, katanya, dibandingkan dengan 7,9 SR adalah 30 kali lipat besarnya.
Meloncati Padang
Dari pengamatan sejak tahun 2004, berturut-turut menurut Sri Widiyantoro terjadi gempa kuat berskala di atas 7,0 SR, mulai dari Nias hingga Bengkulu (tahun 2007), terus berlanjut sampai ke gempa Tasikmalaya empat minggu lalu.
”Ketika itu, saat tahun 2007 terjadi gempa Bengkulu, kami melihat ada yang aneh, ’mengapa, kok, meloncat? Mengapa Padang dilewati?’” Fenomena itu memiliki arti bahwa segmen di daerah Padang belum ”pecah”, melepaskan energi.
Setelah gempa Padang kemarin, pertanyaan yang masih mengganjal benak kalangan ahli gempa adalah bagaimana dengan zona subduksi di kawasan Mentawai yang sampai sekarang belum juga pecah.
Jalur zona subduksi di sebelah barat Sumatera yang merupakan daerah pusat gempa menurut Yusuf Surachman panjangnya sekitar 1.200 kilometer membentang dari Andaman, Aceh, Sumatera Utara, Padang, terus ke selatan, Bengkulu, Lampung, sampai ke Selat Sunda dan selatan Jawa Barat.
Gempa Padang, yang berkekuatan 7,6 SR, menurut Sri Widiyantoro, panjang zona yang pecah baru sekitar 100 kilometer. ”Maka kita semua harus terus waspada, tapi tidak perlu panik,” ujarnya.
Danny menambahkan, kawasan Mentawai yang belum juga melepaskan energi, panjang jalurnya 300-400 kilometer, mulai dari Pulau Siberut, Pulau Sipora, sampai ke Pulau Bagai Utara dan Bagai Selatan. ”Pusatnya terutama di bawah wilayah Siberut,” kata Danny.
Dia mengakui, gempa Padang berpotensi memicu potensi gempa besar yang ada di jalur tersebut, tetapi, ”Yang kami tak tahu ialah apakah itu sudah cukup besar untuk membuat zona di Mentawai bergerak. Jangka waktunya kita pun tak tahu. Bisa beberapa bulan atau beberapa tahun. Kami tak bisa memastikan kapan dan berapa besar energi yang terpicu,” katanya.
Yang dapat dilakukan dan harus terus dilakukan, menurut ketiganya, adalah mempersiapkan masyarakat agar ketika bencana terjadi mereka siap. ”Masyarakat harus diajari agar mereka tahu ke mana jalur untuk menyelamatkan diri, misalnya terjadi tsunami,” ujar Sri.
Jadi, ketika Padang diguncang bencana, sebenarnya yang harus dibaca adalah ”ini merupakan peringatan agar kita semua terus waspada, dan kita semua, termasuk pemerintah, mengerjakan pekerjaan rumah kita: selalu waspada dan paham cara-cara penyelamatan diri”. (NAW/YUN/ISW)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.