JAKARTA, KOMPAS.com — Calon Wakil Presiden Prabowo Subianto diminta untuk memberikan klarifikasi atas kerusuhan Mei 1998 yang meninggalkan luka bagi masyarakat Tionghoa. Saat menyampaikan sambutan pada dialog dan tatap muka dengan Forum Demokrasi Kebangsaan (Fordeka) dan pengusaha Tionghoa, Ketua Umum Fordeka Hartono mengutarakan hal tersebut.
Prabowo selama ini selalu dikaitkan dengan kerusuhan menjelang transisi masa Orde Baru ke masa reformasi tersebut. "Peristiwa Mei 98 sangat mengganjal bagi etnis Tionghoa. Harta benda hilang, pelecehan seksual, itu semua perlu diklarifikasi. Karena ini kontroversial agar kami mendapatkan keterangan yang akurat," kata Hartono di hadapan Prabowo dan ratusan pengusaha serta masyarakat Tionghoa di Restoran Nelayan, Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (13/6).
Diminta klarifikasi seperti itu, Prabowo menjelaskannya saat tiba kesempatan menyampaikan paparan selama lebih kurang 20 menit. Mantan Danjen Kopassus itu mengatakan, saat peristiwa Mei 1998, dirinya menjabat sebagai Panglima Kostrad.
"Saat itu, sebagai Pangkostrad, saya membawahi 34 batalyon. Banyak tuduhan, saya akan melakukan kudeta. Tapi sampai sekarang bukti itu tidak ada," ujar Prabowo.
Prabowo mengatakan, sebagai individu yang menjunjung tinggi demokrasi, ia tak mungkin melakukan hal-hal yang dituduhkan. Dalam kesempatan ini, Prabowo juga akan memaparkan konsep ekonomi kerakyatan yang diusungnya bersama capres Megawati.
Setelah itu, para peserta dialog diberikan kesempatan untuk langsung mengajukan pertanyaan atas segala hal yang dijanjikannya jika terpilih sebagai pasangan pemenang pada pilpres Juli mendatang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.