Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Capres Cawapres, Buka Dulu Topengmu!

Kompas.com - 28/05/2009, 19:52 WIB

KOMPAS.com — Pemilihan anggota legislatif sudah berlalu, ada calon yang terpilih, tetapi banyak pula yang terpelanting. Pada saat kampanye, semua calon mencitrakan diri sebaik mungkin, sampai mereka lupa jati diri mereka.

Bagi calon terpilih akan diuji oleh masyarakat, apakah penampilannya saat kampanye dulu merupakan perwujudan dari jati dirinya, ataukah perwujudan dari topeng-topeng yang sedang diperankan.

Bagi calon tidak terpilih, topeng-topeng itu ditinggal di spanduk dan gambar wajah di sepanjang jalan. Wajah aslinya tampak dalam wujud, meminta kembali semen yang sudah disumbangkan untuk kampung, bahkan karpet yang sudah disumbangkan untuk rumah ibadah pun diminta kembali.

Pilihan anggota legislatif sudah berlalu, sekarang tiga pasangan capres dan cawapres berlaga di medan persaingan. Apabila dikategorikan maka akan terlihat ketiga calon tersebut menggunakan pendekatan yang berbeda-beda.

Calon pertama menggunakan pendekatan kesantunan. Calon kedua menggunakan pendekatan kecekatan. Calon ketiga menggunakan pendekatan keberpihakan. Masing-masing pendekatan yang digunakan oleh para calon presiden tersebut dijabarkan dalam beragam bentuk, misal tempat deklarasi, kunjungan ke daerah, pembuatan iklan kampanye, busana yang dipakai, sampai pilihan kata ketika diwawancarai oleh wartawan.

Permasalahan yang muncul adalah, apakah pendekatan yang digunakan tersebut sungguh merupakan perwujudan dari jati diri seseorang? Ataukah pendekatan tersebut hanya terbatas sebagai suatu cara, strategi, tipu daya untuk memenangkan perlombaan dalam pilihan presiden?

Apabila pendekatan tersebut merupakan perwujudan dari jati diri seseorang, syukurlah! Namun, apabila pendekatan tersebut sekadar cara, strategi, tipu daya agar terpilih, maka kita patut prihatin karena kita sedang berhadapan dengan manusia-manusia topeng. Manusia yang sedang menari topeng dengan dirigen para tim sukses, dan para konsultan pencitraan!

Menghadapi semua itu, apa yang harus kita perbuat? Satu-satunya cara adalah berpikir kritis. Kita harus berupaya mengungkap apa yang ada di balik kesantunan, kecekatan, dan keberpihakan para calon tersebut.

Temuan-temuan tersebut kemudian kita hubungkan dengan sesuatu yang lebih substantial yang ditawarkan oleh ketiga calon yang kiranya dapat membawa negeri Indonesia ini ke kehidupan yang lebih baik bagi semua warga negaranya.

Cara efektif untuk mengetahui itu semua adalah bertanyalah secara kritis terhadap diri Anda sendiri, dan berdiskusilah dengan teman agar bisa ”menguliti” kepantasan mereka menjadi capres dan cawapres.

Satu setengah bulan ini merupakan waktu yang sangat berharga bagi seluruh rakyat Indonesia untuk bisa memilih capres dan cawapres yang terbaik bagi bangsa Indonesia. Caranya adalah bukalah topeng mereka sehingga kita tahu benar apakah kesantunan, kecekatan, dan keberpihakan itu sungguh-sungguh merupakan perwujudan dari jati diri atau sekadar topeng. Jangan memilih manusia topeng menjadi presiden dan wakil presiden, nanti hanya menari terus, lupa memikirkan rakyatnya!
 

Dr. T. Priyo Widiyanto. Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com