Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jirung, Si Anjing Petarung

Kompas.com - 09/05/2009, 10:58 WIB

Makanya, para anggota klub jirung ini saban tahun pasti berkumpul di Kota Pelajar. Biasanya pertemuan itu diadakan antara Agustus dan November mengambil tempat di Bumi Perkemahan Wana Gondang, Kaliurang. Di sanalah festival anjing petarung mereka gelar.

Salah satu tujuan pendirian klub ini, menurut Tony, adalah untuk mendapatkan anjing petarung lokal yang tangguh. Selain itu, kalau bisa, dapat berbicara di tingkat internasional. Maka, “ajang pertarungan” di Yogya ini sekaligus untuk mencari bibit-bibit juara.

Untuk mempersiapkan jirung, para penggemar biasanya melatih mereka secara bersama-sama. IPDC sendiri mengagendakan acara latihan bersama ini sebanyak tiga kali dalam setahun. Latihan ini lazimnya mereka selenggarakan menjelang turnamen digelar. “Sebelum bertanding, jirung harus berlatih minimal selama dua bulan,” papar Nano Yogananta, pencinta jirung yang punya usaha di bidang desain kreatif.

Latihan bersama biasanya berlangsung pada Desember, Maret, atau April. Oh, ya, para anggota juga kerap melakukan latih tanding jirung di luar agenda yang telah ditetapkan.

Kisah para maniak beralih minat ke anjing ras pitbull ini seru juga. Lihat saja pengalaman Herwan. Sebelumnya, ia memang pencinta anjing. Beragam jenis anjing telah ia koleksi. Namun, setelah melihat karakter jirung, ia langsung jatuh hati. Anjing ini memang tangkas. Daya tahan tubuhnya kuat, dan yang tak kalah penting, perawatan jirung terbilang mudah. “Beri makan yang cukup, kasih vitamin, dan selalu jaga kebersihan kandang. Itu sudah cukup,” kata Herwan, yang tak segan-segan berburu pitbull sampai ke Thailand untuk mendapatkan bibit yang tangguh.

Tony pun terpukau dengan sifat dasar anjing ini yang pantang menyerah. Menurutnya, jirung tidak cengeng meski terluka. Ia akan terus bertahan hingga akhir hayat. Binatang ini juga tidak gentar bila menghadapi musuh berapa pun jumlahnya. “Karakter ini sangat cocok dan harus dimiliki seorang pengusaha seperti kami,” tandasnya.

Namun, kegarangan jirung saat bertanding seolah sirna jika bertemu dengan sang tuan. Yang muncul adalah sifat bersahabat. “Dia bisa mengenali pemilik dan lingkungannya,” kata Tony yang memiliki tujuh ekor jirung di rumahnya, kawasan Meruya. Karena itu pula, jirungnya sangat membantu untuk menjaga keamanan rumah.

Lantas, bagaimana dengan tudingan bahwa hobi aduan seperti ini identik dengan judi? Untungnya, dalam kamus komunitas pencinta jirung, tidak ada bumbu perjudian di dalam laga jirung. Justru ajang ini lebih banyak untuk mencari jirung sejati. “Intinya bukan menang atau kalah, tapi melatih anjing-anjing itu agar lebih tangguh,” ujar Tony.

Lewat komunitas ini, para penggemar anjing petarung dididik untuk mengadu anjing dengan benar. Sebab, adu jirung juga memiliki aturan khusus yang wajib dipatuhi. Misalnya, ukuran sasana tanding harus seluas 4 x 4 m dengan ketinggian ring 60 cm.

Anjing yang diadu harus sehat dan berjenis kelamin sama. Jantan harus lawan jantan, betina harus lawan betina. “Sama halnya dengan manusia, kekuatan fisik lelaki lebih besar ketimbang perempuan. Jadi, kalau jirung ini diadu sesama jenis agar kekuatannya imbang,” kata Herwan yang memiliki empat anjing petarung. Biasanya para pehobi jirung lebih suka mengadu anjing jantan karena kekuatannya lebih besar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com