Cita-cita besar yang harus diperjuangkan adalah menjadikan Indonesia pemain penting dalam perdagangan beras dunia. Guna mewujudkan cita-cita itu, pengamat perberasan Husein Sawit menyarankan agar pemerintah meretas jalan sejak sekarang.
Langkah yang harus dilakukan, antara lain, adalah fokus pada peningkatan produksi beras nasional secara bertahap dalam jangka panjang, selain memproduksi beras dengan kualitas sama untuk pasar ekspor, modernisasi mesin penggilingan padi untuk menjaga kualitas dan pengepakan, mencari peluang pasar ekspor, serta memproduksi beras dengan harga kompetitif, agar dapat bersaing di pasar dunia. ”Tanpa serangkaian terobosan itu, Indonesia hanya akan dapat menjadi eksportir dalam kapasitas kecil,” katanya.
Husein menjelaskan, modernisasi mesin penggilingan bisa dilakukan oleh Bulog, sebagai lembaga parastatal yang juga berperan sebagai perusahaan untuk merebut pasar beras dunia. Investasi besar-besaran mesin penggilingan modern diperlukan untuk menghadapi persaingan perdagangan dunia.
Adapun soal teknologi pertanian, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Gatot Irianto menyatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan uji coba sistem budidaya padi empat kali setahun.
Sistem itu dimungkinkan karena Indonesia memiliki varietas padi yang berumur sangat pendek, yang bisa dikombinasikan dengan teknik pemanenan dan pengolahan lahan yang
Dengan indeks pertanaman (IP) padi 1,6 per tahun, atau dalam setahun rata-rata pertanaman padi di Indonesia hanya 1,6 kali, dengan produksi 60,28 juta ton gabah kering giling. Peningkatan IP dari satu menjadi dua, dua menjadi tiga, serta tiga menjadi empat diharapkan produksi beras dalam negeri meningkat tajam.
Harus diingat bahwa peningkatan produksi dengan cara-cara instan tak ubahnya mendirikan rumah di atas fondasi yang rapuh. Akan mudah roboh.