Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Gudang-gudang yang Terendam di Pakin

Kompas.com - 04/03/2009, 16:16 WIB

Buat beberapa orang, menikmati sketsa, lukisan, dan foto yang menampilkan suasana kawasan Batavia di abad  18 bahkan 17  melahirkan sensasi rasa ingin tahu tentang keindahan Batavia di masa lampau. Apalagi saat sketsa atau lukisan itu kemudian dibandingkan dengan foto-foto abad 19 akhir bahkan abad 20. Rasa penasaran bisa tak tertahankan. Tak tahan untuk tak menelusuri keberadaan suasana yang tergambar pada satu lukisan, sketsa, atau foto di masa kini.

Sebut saja saat melihat lukisan sketsa milik Johannes Rach berjudul "Gudang". Lukisan itu memperlihatkan deretan bangunan yang tertutup tembok Batavia. Di sisi kiri tampak laut. Lukisan yang dibuat tahun 1772 itu diberi keterangan "bangunan di sebelah kiri adalah salah satu dari beberapa gudang dari abad 18  yang masih ada saat ini, dahulu pernah digunakan sebagai gudang VOC, saat ini dalam kondisi kosong dan buruk."

Berbekal rasa penasaran, Warta Kota menyusuri tapak sejarah di kawasan Jakarta Utara itu. Dari Kalibesar terus menuju Jalan Tongkol di mana masih terdapat sisa gudang-gudang sekarat yang disebutkan dalam gambar tadi. Masuk ke Jalan Pakin tak jauh dari Pasar Ikan. Dari sana berbelok lagi ke kanan, ke sebuah gang kecil untuk bisa menemukan bekas gudang-gudang tadi.

Masuk ke kawasan gudang tadi tanah tempat berpijak berubah menjadi sangat lembek, makin ke utara lebih parah lagi. Tumpukan tanah dan kantung-kantung berisi tanah ditumpuk untuk menahan air. Sejauh mata memandang bekas gudang tadi, sejauh itulah air laut. Bekas gudang-gudang tadi, berjumlah sembilan, terendam air laut sejak sekitar 1995 lalu.

Dari sembilan bekas gedung, hanya satu gudang yang terbuat dari batu. Sisanya dari kayu. Satu gudang, di sisi terluar, sudah dirobohkan tahun lalu karena kondisi yang sudah sangat bobrok. Satu gudang diisi penduduk. Sisanya kosong. Berlumut. Gudang tembok yang hampir sezaman dengan gudang yang kini menjadi Museum Bahari, atapnya sudah roboh. Gudang-gudang itu berada persis di belakang museum.

Dalam buku Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta, Adolf Heuken mengatakan,  gudang yang kini jadi Museum Bahari dibangun pertama kali pada tahun 1652 dan diubah beberapa kali hingga 1759. Museum dan gudang di belakangnya itu merupakan satu kompleks gudang penyimpan pala, lada, kopi, teh, dan lain-lain yang disebut Westzijdsche Pakhuizen atau gudang di tepi barat. Di antara gudang- gudang bobrok yang kini dimiliki Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) ini juga terdapat sisa tembok Batavia bagian barat.

Heuken juga menyebut, gudang-gudang di belakang museum dibangun antara 1663-1669 oleh Jacques de Bollan. Empatpuluh tahun kemudian gudang-gudang ini dibangun kembali untuk memperlebar jarak antara tembok kota dan dinding gudang. Di tempat di mana Apartemen Mitra Bahari kini berdiri, dulu adalah galangan kapal. Galangan kapal ini masih masuk dalam kompleks gudang tepi barat. Galangan kapal yang hingga kini masih utuh dan beralih fungsi menjadi restoran ada di sekitaran Jalan Kakap. Bagaimana nasib gudang di belakang museum dan sisa tembok kota bagian barat selanjutnya, hanya waktu yang bisa menjawab.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com