Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maret, Puncak Penyebaran DBD

Kompas.com - 27/02/2009, 03:52 WIB
 

JAKARTA, KAMIS - Serangan virus demam berdarah dengue terus meluas di berbagai daerah di Tanah Air. Kasus penularan demam berdarah ini diperkirakan akan mencapai puncaknya pada Maret mendatang.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama, Kamis (26/2), di Jakarta, mengatakan, sesuai dengan pola epidemiologi tahunan DBD dari tahun ke tahun, puncak peningkatan kasus DBD terjadi pada Januari sampai Maret. ”Pada bulan April, diperkirakan akan menurun,” katanya.

Penyakit ini tidak bisa dianggap remeh karena berdasarkan data Departemen Kesehatan, dari total kasus DBD secara nasional tahun 2008 yang mencapai 133.402 penderita, sebanyak 1.141 di antaranya meninggal.

Sementara total jumlah kasus DBD secara nasional tahun 2007 sebanyak 157.839 pasien, dan 1.597 orang di antaranya meninggal.

Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat Hakim Siregar mengatakan, Maret menjadi puncak penyebaran DBD karena cuaca mulai panas dan hujan mulai jarang turun. ”Saat itu waktu yang baik bagi nyamuk untuk berkembang biak,” kata Hakim Siregar.

Hakim mengatakan, tidak mudah menanggulangi DBD di Jakarta karena kondisi lingkungan di sekitar perumahan masih banyak genangan yang menjadi media perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti.

”Saat ini, jumlah pasien DBD maupun demam dengue cenderung menurun. Namun, pada pertengahan Maret nanti, diperkirakan bakal kembali naik. Ini terjadi seiring cuaca yang mulai panas dan hujan yang mulai jarang turun.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta, selama 2009 terdapat 4.920 pasien DBD. Jakarta Timur tercatat penyumbang pasien terbanyak, yaitu 1.279 orang dan 4 orang di antaranya meninggal.

Urutan kedua, yaitu Jakarta Selatan dengan 1.247 orang terjangkit, 1 pasien meninggal. Ketiga, Jakarta Utara dengan 817 pasien, 1 orang meninggal. Urutan keempat, Jakarta Barat dengan 482 pasien dan 2 orang di antaranya meninggal. Terakhir, Jakarta Pusat dengan 464 pasien dan 4 orang meninggal.

Di berbagai daerah

Selain Jakarta, kasus DBD juga merebak di berbagai daerah di Tanah Air. Kasus paling menonjol antara lain di Lampung. Di provinsi ini, sepanjang Januari 2009 tercatat 631 orang terserang DBD dan 8 orang di antaranya meninggal. Februari 2009, kasusnya turun menjadi 236 orang yang terserang dan 2 orang di antaranya meninggal dunia.

Di Kota Yogyakarta, selama 2009 ini tercatat sudah sekitar 100 kasus DBD dan korbannya separuhnya anak-anak balita. Dari kasus sebanyak itu, 1 orang meninggal dunia.

”Kami dan para juru pantau jentik sudah berupaya sekuat tenaga menanggulanginya. Namun, masyarakat juga harus berperan dengan menjaga kebersihan lingkungan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Choirul Anwar.

Di Bandung, selama Januari-Februari 2009, tercatat sudah 1.689 kasus DBD dan 3 orang di antaranya meninggal. ”Korban yang meninggal, semuanya anak-anak,” kata Fetty Sugiharti, Kepala Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung.

Di Medan Sumatera Utara, DBD telah menyerang 21 kecamatan dan dua orang tercatat meninggal dunia. Adapun di Sumatera Barat, sepanjang Januari 2009, tercatat 190 kasus DBD dengan 2 orang meninggal.

Di Kalimantan Timur, sepanjang Januari saja sudah 301 orang yang terkena DBD, sebagian besar anak-anak. Adapun di Kalimantan Barat, jumlah kasusnya lebih sedikit yakni sekitar 137 kasus sepanjang 2009, namun 3 orang penderita meninggal.

Tjandra Yoga mengatakan, sejauh ini, ia belum melihat adanya keterkaitan antara peningkatan jumlah kasus DBD di sejumlah tempat dengan munculnya resistensi virus terhadap insektisida yang digunakan dalam penyemprotan sarang nyamuk. ”Tidak ada resistensi virus, tetapi memang jumlah kasus pada Januari dan Februari meningkat dibanding Desember lalu,” ujarnya.(EVY/NEL/PRA/ ART/ NDY/LSD/BRO/WHY/FUL/ ONI/ HLN)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com