Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Heterogenitas yang Statis

Kompas.com - 19/02/2009, 08:23 WIB

Jika membaca peta politik pada periode awal pascakemerdekaan, tampak nuansa politik identitas dominan dalam pertarungan politik. Dua partai politik yang sukses menempati posisi teratas adalah parpol berbasis Islam, Masyumi dan Partai Nahdlatul Ulama. Kedua partai tersebut memiliki basis kekuatan yang cenderung sama kuat. Masyumi mendapat 32 persen suara, sementara Partai NU berhasil meraup 31,23 persen suara.

Dinamika berbeda yang mewarnai pelaksanaan Pemilu 1955 di Kalimantan adalah lahirnya sebuah partai lokal yang mampu bersaing dengan parpol nasional, yaitu Partai Persatuan Daya (PPD). Partai ini berhasil menunjukkan dirinya sebagai partai berbasis massa cukup kuat di Kalimantan.

Basis kekuatan terbesar PPD adalah di Provinsi Kalimantan Barat. Di provinsi itu, PPD mendulang 31,3 persen suara, kalah tipis dari Masyumi yang berhasil merebut 33,3 persen suara. Lima tahun kemudian, PPD sukses mendudukkan Oevaang Oeray menjadi Gubernur Dayak pertama di Kalimantan Barat pada 1 Januari 1960.

Memasuki masa Orde Baru, pertarungan kekuatan politik di Kalimantan bergerak statis. Pasca-Pemilu 1971, peta kekuatan politik pun secara merata bergeser pada dominasi Golkar. Sebagai partai milik penguasa Orde Baru, Golkar berhasil mengakar demikian kuat.

Pada Pemilu 1971, sebelum fusi partai, Golkar berhasil meraup 1,5 juta suara atau 66,46 persen di seluruh Kalimantan. Kekuatan suara terbesar Golkar saat itu terpusat di Kalimantan Tengah dengan perolehan 81,4 persen suara. Kecenderungan statisnya dinamika politik di Kalimantan, yang menempatkan partai nasionalis sebagai kekuatan dominan, berlanjut terus hingga rezim pemilihan langsung pada Pemilu 2004.

Fenomena yang sedikit berbeda hanya terjadi di Kalimantan Selatan. Pasca-Pemilu 1955 sisa- sisa kekuatan partai berbasis Islam masih mampu bertahan di kawasan itu.

Di wilayah selatan Kalimantan ini, basis massa partai-partai Islam masih berakar cukup kuat. Pada Pemilu 1971, Partai Nahdlatul Ulama masih dapat menunjukkan kekuatannya dengan meraup 26,5 persen di Kalsel dan 17,86 persen suara di seluruh Kalimantan. Selain Partai NU, Partai Muslimin Indonesia juga berhasil meraih 6,5 persen di Kalsel dan 6 persen dari 2,3 juta suara sah di seluruh Kalimantan.

Pilkada dan Pemilu 2009

Potret politik pada pelaksanaan pemilu nasional tidak jauh berbeda dengan potret politik lokal saat pelaksanaan pilkada langsung. Golkar tetap mendominasi pertarungan politik lokal. Di delapan daerah, Partai Golkar bahkan dengan percaya diri menjadi pengusung tunggal dan sukses mengantarkan calonnya menuju kursi kekuasaan tertinggi di daerah.

Basis solid Partai Golkar di antaranya di tiga daerah Kaltim (Kutai Kartanegara, Berau, dan Penajam Paser Utara), dua di Kalteng (Barito Selatan dan Sukamara), dan tiga lainnya di Kalbar (Sanggau, Ketapang, dan Kapuas Hulu). Di delapan daerah itu Golkar secara konsisten memegang basis massanya dan memenangi pemilu sejak Pemilu 1971.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com