Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Ancam 50 Juta Pekerja

Kompas.com - 29/01/2009, 03:59 WIB

Hasil jajak pendapat terhadap lebih dari 1.100 pemimpin eksekutif (CEO) di seluruh dunia memperlihatkan pesimistis yang tinggi, prospek perusahaan mereka akan kian suram akibat resesi. Hanya 21 persen dari para CEO yang tetap yakin penerimaan mereka akan meningkat dalam 12 bulan ini. Angka ini merosot dari 50 persen CEO pada setahun lalu.

Pesimistis pemimpin perusahaan ini juga terus meningkat hanya dalam beberapa bulan ini. Pada September lalu, hanya 48 persen dari pemimpin perusahaan yang mengaku krisis perbankan akan berdampak buruk pada usaha mereka. Dalam sebuah interviu pada Desember lalu, 67 persen dari pemimpin perusahaan itu mengaku bakal dihantam krisis.

Roach yang juga pemimpin Morgan Stanley di Asia dan sejak lama mengikuti Forum Ekonomi Dunia di Davos mengatakan, ekonomi dunia akan melewati masa-masa yang berat dalam tiga tahun ini. ”Kita harus menghadapi kenyataan bahwa pemulihan, apabila datang akhir tahun ini atau awal tahun depan, akan tetap berjalan lesu,” ujarnya.

Lars Thunnel, pemimpin International Finance Corporation, perusahaan privat dari Bank Dunia, memperkirakan krisis masih berlanjut dalam beberapa tahun. ”Pengalaman dan hasil riset memperlihatkan, krisis masih akan berlangsung beberapa tahun,” ujar Thunnel yang dikenal sebagai orang di balik upaya mengatasi ”bank busuk” di Swedia saat krisis tahun 1990.

Krisis ekonomi yang masih menghantui ini membuat Organisasi Buruh Dunia dari markasnya di Geneva, Swiss, Rabu, mengingatkan bahwa krisis ekonomi dan keuangan global selama dua tahun ini bakal menyebabkan lebih dari 50 juta pekerja menghadapi PHK hingga akhir tahun 2009.

Perkiraan angka PHK ini menunjukkan PHK global tahun 2009 akan meningkat melampui angka tahun 2007, dengan rentang 18 juta hingga 30 juta pekerja. Angka ini akan meningkat lebih dari 50 juta pekerja jika situasi ekonomi global terus merosot.

Zona euro terancam

Situasi krisis yang terus memburuk juga mengancam stabilitas di zona euro. Perbedaan yang kian tajam di antara negara-negara zona euro bahkan bisa menghancurkan keutuhan dari zona euro yang beranggotakan 16 negara. Zona euro merupakan istilah untuk negara-negara di Eropa yang sudah menerapkan mata uang euro.

Pemimpin Dana Moneter Internasional Dominique Strauss-Kahn, Rabu, menegaskan, zona euro memerlukan koordinasi kebijakan ekonomi. Jika tidak, perbedaan di antara negara-negara zona euro akan kian besar dan stabilitas zona euro dalam bahaya.

Dalam wawancara dengan mingguan Jerman, Die Zeit, Strauss-Kahn juga menyerukan agar Bank Sentral Eropa (ECB) ”memberi tambahan bahan bakar” bagi ekonomi zona-euro dengan memangkas lagi suku bunga.

Pengurangan suku bunga sejauh ini sudah dilakukan The Fed (bank sentral AS) dan sejumlah bank sentral lainnya. Penekanan suku bunga diharapkan mendorong pasokan dana ke sektor riil dan menggairahkan perekonomian.(Reuters/AFP/ppg)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com