Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keseimbangan SDA Tak Terjaga

Kompas.com - 18/01/2009, 09:34 WIB

BOGOR, MINGGU — Kerusakan lingkungan di wilayah Puncak, yang menjadi hulu sungai-sungai pembentuk aliran Sungai Ciliwung, ikut mengganggu keseimbangan alam di Jawa Barat. Bencana kekeringan dan banjir yang terjadi akhir-akhir ini seharusnya tidak terjadi jika keseimbangan alam dan sumber daya air tidak terganggu.

”Dari 81 miliar meter kubik air hujan per tahun yang turun di Jawa Barat, yang tertahan oleh tanah, tanaman, dan situ hanya 8,1 miliar meter kubik atau sekitar 10 persen. Sisanya langsung ke sungai dan menyebabkan banjir,” ujar Ahmad Heryawan saat melepas Tim Ekspedisi Kompas Ciliwung 2009 di Melrimba Kitchen, Cisarua, Bogor, Sabtu (17/1). Ekspedisi ini mendapat dukungan dari PT Pertamina (Persero), PT Pembangunan Jaya Ancol, PT Bakrieland, dan Aetra.

Alasan yang sama menyebabkan Jabar kekeringan di musim kemarau. Menurut Heryawan, jumlah yang tertahan oleh tanah dan situ itu mencukupi kebutuhan air pada musim kemarau sebanyak 17 miliar meter kubik. ”Di saat kemarau terjadi kekeringan karena defisit air mencapai 9 miliar meter kubik,” ujarnya.

Selain menyebabkan banjir dan kekeringan, krisis air juga menimbulkan pertikaian antara kelompok masyarakat, misalnya perebutan air untuk irigasi sawah. Krisis air bahkan bisa menyebabkan perselisihan di antara pemerintah daerah.

Heryawan mengatakan, sumber daya alam (SDA) memang dapat dimanfaatkan, tetapi tetap harus menjaga keseimbangan. ”Pada dasarnya manusia memiliki sifat perusak dan pemelihara. Jika hutan dimanfaatkan, harus dilakukan konservasi.”

Menurut Heryawan, sumber daya air bisa dipelihara dengan melakukan penghijauan, memelihara fungsi situ, dan menjaga bantaran sungai. ”Ini tak bisa dilakukan oleh satu pihak saja, tetapi harus menjadi gerakan bersama untuk menghijaukan daerah aliran sungai dan bersahabat dengan sungai,” ujar Heryawan.

Mengenai Sungai Ciliwung yang berhulu di Jawa Barat dan bermuara di Jakarta, tidak menutup kemungkinan pengelolaan bersama antara kedua provinsi untuk menyelesaikan masalah kerusakan hulu dan banjir tahunan di Jakarta.

Air tercemar

Menurut Kepala Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP) Bambang Sukma, air yang berasal dari TNGP, Kabupaten Cianjur, yang merupakan salah satu sumber air bagi Ciliwung, terkontaminasi pestisida. Pencemaran terjadi akibat perambahan hutan di sekitar taman nasional untuk perkebunan rakyat.

”Tahun 2003 terjadi perluasan kawasan TNGP seluas 7.000 hektar, yang mengambil areal ekshutan produksi milik Perhutani. Di kawasan perluasan itu, hampir separuh lahan digarap oleh masyarakat untuk perkebunan sayur,” papar Bambang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com