Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Situs Trowulan, Peradaban Majapahit yang Mengagumkan

Kompas.com - 12/01/2009, 21:47 WIB

Tindakan destruktif

Penelitian dan penggalian arkeologis sampai sekarang masih berlangsung, tapi kalah cepat dengan penggalian yang dilakukan masyarakat. Lihatlah, di sekitar situs ribuan masyarakat melakukan tindakan destruktif atas nama desakan kebutuhan hidup.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Budaya Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Junus Satrio Atmodjo mengatakan, situs Majapahit di Trowulan mengalami kerusakan sejak tahun 1990. Sedikitnya 5.000 keluarga menggantungkan hidupnya pada industri batu bata, yang bahan bakunya berasal dari galian tanah di sekitar situs Majapahit. T indakan destruktif sebagian masyarakat berlangsung terus-menerus dan semakin meluas. Kondisi ini semakin menyulitkan upaya menyelamatkan situs , katanya.

Menurut Mundardjito, masyarakat terpaksa melakukan tindak destruktif di situs Trowulan karena desakan kebutuhan hidup yang begitu besar dan berlangsung terus-menerus. A gar pembangunan kawasan Trowulan tidak menimbulkan dampak negatif, perlu segera ditetapkan secara hukum batas-batas kawasan dan batas-batas zona di dalam kawasan itu secara geografis, administratif, dan kultural sehingga jelas mana wilayah perlindungan dan mana wilayah pengembangan. Potensi lingkungan perlu dikaji dalam kaitannya dengan penggunaan lahan oleh masyarakat agar pelestarian situs dapat dicapai.  

Manajer Penelitian dan Pengabdian Masyarakat FIB UI, Agus Aris Munandar, juga mengatakan hal senada. L aju kerusakan Situs Trowulan l ebih cepat dari upaya pelestarian. Hanya sedikit benda-benda peninggalan yang mampu diselamatkan.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata sendiri mengakui sisa-sisa kejayaan Majapahit selama ini belum ditangani secara khusus, tidak seperti situs Sriwijaya yang sudah dibicarakan secara akademis dan ditunjang dengan program-program khusus untuk melestarikannya. Hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menyebutkan, tak kurang dari 6,2 hektar lahan di Situs Trowulan rusak setiap tahun.

Arkeolog Mundardjito ketika memaparkan hasil S eminar Integratif Kajian dan Perlindungan Situs Kerajaan Majapahit di Jakarta , Mojokerto, dan Depok tahun 2008, menegaskan, pembangunan kawasan Trowulan seharusnya dilandasi dengan konsep pembangunan berwawasan pelestarian dan pelestarian berwawasan pembangunan. Ini berarti bahwa di kawasan ini tidak mungkin melaksanakan pembangunan pembangunan tanpa mempertimbangkan aspek pelestarian peninggalan Majapahit yang sudah sedemikian terkenal di Asia Tenggara.

Pembangunan kawasan ini harus dilandasi konsep pengelolaan secara bersama, untuk kepentingan bersama, dan berdasarkan kesepakatan dari semua pemangku kepentingan, baik sektor pemerintah dan sektor pengusaha, maupun sektor masyarakat. Rencana induk yang integratif semacam itu belum dibuat. Rencana induk arkeologi 1986 yang pelaksanaannya sudah berjalan, perlu dikembangkan menjadi tata ruang wilayah yang terencana sesuai dengan kondisinya sekarang. Dengan demikian kawasan Trowulan dapat dikelola bukan hanya secara integratif, tetapi juga dengan cara partisipatif, papar Mundardjito , pendiri Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia tahun 1976, dan Ketua Harian IAAI Pusat 1992-1996.(YURNALDI)    

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com