Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DKI Alokasikan Rp 150 Miliar untuk Marunda

Kompas.com - 13/11/2008, 06:05 WIB

JAKARTA, KAMIS - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengalokasikan Rp 150 miliar untuk menjadi pemegang saham mayoritas di PT Kawasan Berikat Nusantara, yang akan mengelola Kawasan Ekonomi Khusus Marunda.

KEK Marunda dinilai memiliki nilai strategis untuk memacu pertumbuhan ekonomi karena bakal dilengkapi dengan pelabuhan internasional dan kawasan industri.

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengungkapkan hal itu di depan Sidang Paripurna DPRD DKI Jakarta, Rabu (12/11) di Jakarta Pusat. Dana Rp 150 miliar itu, kata Fauzi, dialokasikan dalam Rancangan APBD 2009.

Menurut Fauzi, KEK Marunda memiliki lahan sekitar 2.000 hektar sehingga dapat menampung ribuan pabrik dan gudang. Kawasan itu akan menjadi salah satu pusat industri dan perdagangan karena juga memiliki pelabuhan antarpulau.

”KEK Marunda dapat menarik investasi jangka panjang sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi, membuka lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan asli daerah,” kata Fauzi.

Agar dapat mengatur KEK sesuai rencana tata ruang Jakarta, DKI berniat menguasai lebih dari 51 persen saham PT KBN. Dana untuk pembelian saham PT KBN bakal diambil dari dana cadangan daerah dan kemungkinan besar akan disetujui DPRD DKI Jakarta.

Sekretaris Komisi B DPRD DKI Jakarta Nurmansjah Lubis mengatakan, penyertaan dana pemerintah di PT KBN merupakan investasi strategis yang penting untuk jangka panjang. Fraksi PKS yang biasanya menjadi oposisi bagi Fauzi Bowo lebih cenderung mendukung kebijakan ini.

Namun, kata Nurmansjah, investasi pemerintah bukan hanya terbatas pada pembelian saham PT KBN, melainkan juga membangun infrastruktur di kawasan itu. Pembangunan akses jalan, baik jalan raya, jalan tol, maupun rel kereta api, dari dan menuju ke KEK Marunda harus mendapat prioritas.

Mobilitas angkutan barang berbeban berat harus lancar untuk mendukung fungsi industri dan perdagangan di kawasan itu. Apalagi, badan jalan di kawasan itu sudah rusak berat.

Peningkatan jaringan dan pasokan air bersih dan listrik, kata Nurmansjah, juga harus mendapat prioritas. Investasi besar-besaran harus disiapkan secara bertahap untuk mendukung kawasan ekonomi khusus itu.

Nurmansjah mengatakan, Pemprov DKI juga harus menyiapkan sistem perizinan satu atap yang jelas bagi para investor. Sistem teknologi informasi, perbankan, dan bea cukai juga harus disiapkan dengan baik untuk menarik para investor menanamkan modal di KEK Marunda.

Masalah-masalah klasik yang membuat para investor hengkang, seperti ongkos gudang yang terlalu mahal, jalan rusak, infrastruktur tidak lengkap, dan perizinan yang berbelit, tidak boleh ada di KEK Marunda.

”Jika setiap langkah menuju realisasi KEK Marunda disiapkan dengan baik, kita akan dapat mulai menikmati hasilnya dalam tiga tahun sampai lima tahun,” kata Nurmansjah.

Kepala Dinas Tata Kota DKI Jakarta Wiriyatmoko mengatakan, pada 2009 DKI akan menyiapkan rencana tata ruang di lahan yang akan menjadi KEK Marunda. Berdasarkan rencana tata ruang itu, tahap demi tahap pembangunan akan dilakukan.

Selain lahan darat yang sudah ada selama ini, kata Wiriyatmoko, KEK Marunda juga akan menggunakan lahan hasil reklamasi. Sampai saat ini, proses reklamasi untuk membuat daratan baru berbentuk pulau-pulau belum dilakukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com