Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari "Laskar Pelangi" ke Laskar Kreatif

Kompas.com - 15/10/2008, 01:06 WIB

Teknologi yang diperlukan

Dalam ungkapan ringkas, lingkup peranan dan keterkaitan industri kreatif dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) disampaikan dalam kutipan di awal tulisan ini. Sebagaimana juga dikutip oleh Restituta Ajeng Arjanti (dalam situs QB Creative), Menteri Perdagangan juga menyebutkan tiga aspek penting TIK dalam menciptakan industri kreatif, yakni TIK sebagai industri, TIK sebagai alat untuk menciptakan industri, dan TIK sebagai alat untuk mengerti tentang pasar dan konsumen.

Menperdag bahkan memperlihatkan TIK sebagai jalan keluar bagi permasalahan yang dihadapi industri musik dewasa ini, yakni pembajakan.

Sebagaimana juga disampaikan dalam kuliah di UMN, Mari juga menyebutkan, industri iklan pun beralih ke internet, dalam hal ini melalui milis dan blog, yang juga banyak digunakan untuk ”menghakimi” satu produk baru. Dengan cara ini, iklan tradisional di koran atau TV tak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi untuk menilai satu produk baru.

Berdasarkan ilustrasi di atas, pekerjaan rumah yang tak terelakkan dalam upaya pengembangan industri kreatif adalah menguasai TIK. Di sini pun tiga aktor utama dalam industri kreatif—pemerintah, bisnis, dan lembaga penelitian, atau sering juga disebut triple helix, atau juga ABG (academician, business, government)—punya peran penting masing-masing.

Pemerintah berperanan membuat elemen TIK, termasuk tarif bandwidth untuk akses internet semurah mungkin, sementara lembaga penelitian mendukung penyediaan teknologi dan riset, adapun dunia bisnis berperan memfasilitasi komersialisasi produk industri kreatif.

Hanya dengan inilah kita bisa berharap di bidang film, misalnya, satu hari nanti akan muncul film Indonesia yang didukung rumah animasi yang mengingatkan orang pada DreamWorks Animation yang membuat Kung Fu Panda.

Dalam dunia yang sudah terbuka, penonton film Indonesia tentu juga akan membanding- bandingkan sehingga kalau memang di Amerika pembuatan film didukung oleh komputer dengan prosesor multicore, yang bisa menghadirkan efek dramatik yang membuat orang menahan napas, di sini pun kelak akan muncul tuntutan serupa.

Tanpa akses dan penguasaan terhadap TIK, kegeniusan insan kreatif Indonesia akan terkendala karena kreativitasnya mentok di plafon yang mandek. Dalam kaitan inilah terlihat perlunya melangkah dari Laskar Pelangi ke laskar (industri) kreatif yang didukung oleh TIK, alat yang akan membantu insan animator dan ahli efek memecahkan tantangan artistik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com