Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muchdi Biasa Titipkan Handphone ke Stafnya

Kompas.com - 18/09/2008, 12:01 WIB

JAKARTA, KAMIS - Mantan Deputi V Badan Intelijen Negara (BIN) Muchdi Purwoprandjono biasa menitipkan satu dari tiga handphone-nya kepada staf TU yang bertugas di Deputi V. Hal itu dikatakan Zondi Zorin, staf TU pada Deputi V BIN yang bersaksi di persidangan kasus pembunuhan Munir di PN Jakarta Selatan, Kamis (18/9)), dengan terdakwa Muchdi Pr.

Namun, Zondi mengaku tak ingat nomor handphone yang kerap dititipkan padanya dan rekannya, Arifin Rahman. "Ada 3 handphone, yang biasa dititipkan hanya satu. Seingat saya, handphone Nokia berwarna hitam," kata Zondi menjawab pertanyaan penasihat hukum Muchdi, Luthfie Hakim.

Saat handphone Muchdi berada di tangannya, bisa digunakan oleh siapa saja. "Pak Budi Santoso, Pak Zaini pernah pakai (handphone). Mungkin lebih dari lima kali pakai handphone itu. Saya juga kaget kok bisa," katanya.

Zondi mengatakan, handphone tersebut baru dititipkan pada staf pada tahun 2004, tidak sejak awal Muchdi menjabat Deputi V pada tahun 2002.Staf TU pada Direktorat V.I Deputi V BIN, Arifin Rahman menyatakan hal yang sama. Akan tetapi, sepengetahuan Arifin, Muchdi hanya mempunyai dua handphone, bukan tiga seperti yang dikatakan Zondi sebelumnya. "Handphone itu biasanya hanya tergeletak di meja saja," kata Arifin.

Ketika ditanya siapa saja yang pernah memakai handphone itu, Arifin mengatakan, teman dekat Muchdi, Zaini dan para direktur dibawahnya. Satu saksi lain, Kawan yang merupakan bawahan Budi Santoso berhalangan hadir dengan alasan ada tugas BIN. Sidang akan dilanjutkan pada Selasa (23/9) mendatang masih dengan agenda mendengarkan keterangan saksi. Saksi tersebut adalah Suradi, Imam Mustofa, Hendardi dan Usman Hamid. (ING)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com