Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ter-ater, Untuk Famili, Guru "Ngaji", dan Kyai

Kompas.com - 14/09/2008, 01:45 WIB

Di bulan suci Ramadan, tradisi saling mengantar makanan, atau "ter-ater" biasanya pada malam pertama puasa dan pertengahan bulan puasa, yakni mulai tanggal 17 Ramadan hingga hari raya Idulfitri.

Pada malam pertama Ramadan dimaksudkan sebagai bentuk ungkapan dalam menyambut datangnya bulan yang penuh berkah dan ampunan Allah. Sedang pada tanggal 17 Ramadan hingga hari raya Idulfitri diharapkan akan mendapat berkah malam lailatur-qodar, dimana sebagian ulama memercayai bahwa malam lailatul-qodar muali tanggal 17 Ramadan hingga hari raya Idulfitri pada malam ganjil. Seperti malam tanggal 17, 19, 21, tanggal 23, 25, 27 hingga 29 Ramadan.

Sementara di hari raya Idulfitri, tradisi "ter-ater rebbe" yang dilakukan, sebagai bentuk rasa syukur atas pelaksanaan ibadah puasa selama satu bulan penuh.

Pererat persaudaraan

Dosen bahasa Indonesia dan sastra Universitas Madura Drs Kholifaturrahman, M.Pd menyatakan, selain merupakan tradisi yang sudah terjadi sejak dulu, tradisi ter-ater sebenarnya merupakan salah satu bentuk dalam berupaya mempererat hubungan kekeluargaan di Madura.

Tradisi semacam ini memang masih dilakukan masyarakat di Madura termasuk Pamekasan. Tapi akhir-akhir ini terlihat sudah mulai berkurang. Kecendrungan pola hidup modern dengan berbagai fasilitas yang tersedia, seperti HP dan telepon menurut Khalifaturrahman merupakan salah satu penyebabnya.

"Warga desa yang masih menjalankan tradisi asli Madura ini, sudah mulai berkurang. Meskipun ada tapi nuansanya sudah jauh berbeda dengan masa dulu,"  kata Khalifaturrahman, yang juga kepala seksi kebudayaan dinas P dan K kabupaten Pamekasan.

Sebenarnya menurut Khalifaturrahman, tradisi Madura yang memiliki  nilai positif dan mengandung nilai-nilai luhur budaya Madura, bukan hanya tradisi "ter-ater rebbe" sebagaimana pada setiap malam Jumat, dan hari-hari baik dalam pandangan agama Islam, tapi juga banyak tradisi lain yang saat ini sudah jarang dilakukan.

"Ini perlu peran aktif lembaga formal yang ada di Madura. Sebab masuknya modernisasi ke Madura nantinya sedikit banyak tentu akan berpengaruh terhadap keaslian budaya dan tradisi Madura," kata Khalifaturrahman menjelaskan.(ANT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com