Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelajaran dari Raksasa Tua yang Membatu

Kompas.com - 04/09/2008, 15:02 WIB

Kalangan Feodal

Perbudakan kala itu bukan hanya dilakukan VOC, tetapi juga dilakukan kalangan elit feodal pribumi yang membuka pasar budak di Makassar dan Bali. Di kedua pasar itu, tulis Heuken, kaki tangan kalangan menak dan raja dari Makassar, Bugis, Ende, dan Bali, menyeret orang-orang desa yang tak bersalah dari kawasan Indonesia Timur, menjadi budak.

Dari kedua pasar, para budak dijual ke Batavia. Pasar budak pun meluap. Hendrik E Niemmeijer (Jakarta Batavia, Esai Sosio-Kultural, Banana KITLV, Jakarta 2007) menyebutkan, tahun 1679, dari 32.124 penduduk Batavia, sebanyak 16.124 diantaranya adalah budak! Harga budak pun jatuh karena jumlahnya melimpah. Tenaga murah dan budak yang awalnya dimanfaatkan untuk membangun kota, gudang, pelabuhan, dan galangan kapal, akhirnya dimanfaatkan kalangan elit Belanda, China, Arab, serta Melayu untuk kepentingan pribadi mereka.

Para budak bekerja di rumah dan perkebunan kaum kaya raya itu. Para nyonya besar lalu menjadikan jumlah budak yang ada di rumah mereka sebagai bagian dari gengsi. Kaum kaya raya itu bangga bila tampil di tengah publik dengan belasan budak memayungi, membawa bekal, perlengkapan, serta pernak-pernik lain mereka.

Sebagai ilustrasi Remco menulis, orang Bali bernama Wayahan Ayunan yang meninggal tahun 1726, memiliki 22 budak. Sebelas di antaranya datang dari Bali, tujuh orang adalah kelahiran rumah (lahir di rumah majikan), dan empat berasal dari Toraja, Tambora, Kaili, dan Sumba. Tahun 1759, perempuan China bernama Goey Teknio, mempunyai sembilan budak. Tiga berasal dari Bali, dan seorang masing-masing dari Bugis, Sumbawa, Malaka, Makassar, Timor, serta Batak.

Tahun 1860, perbudakan oleh bangsa asing dan elit feodal pribumi di Batavia, berakhir. Maka seharusnya, berakhir pulalah era di mana agama dijadikan iming-iming pembebasan dan kesejahteraan seperti dilakukan VOC terhadap kaum mardijker. Barangkali, itulah hikmah dari kehadiran Gereja Sion

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com