Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemuda Hindu Kritik Film Drupadi

Kompas.com - 02/09/2008, 22:37 WIB

JAKARTA,SELASA - Film Drupadi yang baru saja dirilis 21 Agustus lalu menuai kritik dari World Hindu Youth Organization (WHYO). Meski baru berupa rilis, banyak pernyataan di dalam film ini yang dinilai merupakan penyimpangan tafsir dan interpretasi dari Kitab Suci Weda, termasuk Itihasa Weda Mahabarata.

Presiden WHYO Shri I Gusti Ngurah Arya Vedakarna mengatakan meski kritik ini bukan berupa somasi, WHYO meminta SinemArt yang memproduksi film yang dibintangi artis papan atas Dian Sastrowardoyo ini kembali mempertimbangkan beberapa bagian skenario dan adegan yang dianggap menyimpang. "Mumpung filmnya belum dirilis, kami memberi masukan untuk tidak menimbulkan gelombang protes lebih lanjut," ujar Arya dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa (2/9).

WHYO menentang keras pernyataan di dalam film bahwa peran Drupadi adalah untuk 'memanusiakan dirinya'. Pernyataan ini dianggap menyinggung perasaan umat Hindu Dunia karena umat Hindu percaya bahwa Dewi Drupadi adalah sosok wanita suci atau dewi, putri dari Dewa Agni. "Bagaimana mungkin Drupadi yang kami kenal sebagai dewi itu menjadi manusia. Kalimat memanusiakan dirinya itu kurang bijak," tambah Arya.

Selain itu, WHYO juga keberatan dengan pernyataan bahwa Drupadi melakukan poliandri atau memiliki banyak suami. Drupadi merupakan istri dari Pandawa Lima. Menurut Arya, istilah poliandri hanya dapat diberikan kepada manusia biasa. Pernikahan, perkawinan dan hubungan suami istri yang dilakoni oleh figur-figur yang disucikan hanyalah simbolik dari nilai-nilai yang hendak disampaikan oleh kitab suci.

"Jangan dianggap semua yang dikatakan poliandri itu dalam hal seks semata tapi ini hanyalah simbolik. Bahkan, kami lihat di media ada salah satu pemeran dengan entengnya mengatakan 'Ini bukan promosi poliandri lho'," tandas Arya. Sementara itu, dari website resmi Dian Sastro, WHYO mendapatkan sebuah pernyataan bahwa Bhima tidak pernah menyembah siapapun termasuk para dewa. Arya menolak tegas pernyataan ini karena dalam Kitab Suci dituturkan bahwa Pandawa Lima, termasuk Bhim, adalah pemuja Dewa Wisnu.

Menurut Arya, kemungkinan salah tafsir itu dapat saja dipengaruhi oleh pemahaman kisah Mahabharata sebagai bagian budaya asli Jawa dan Indonesia. Namun, Arya menyangkal hal tersebut karena kisah Mahabarata sendiri sudah ada sejak 5000 tahun lalu. Oleh karena itu, selain meminta SinemArt memperbaiki beberapa bagian dari film ini, WHYO juga menghimbau pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan film ini maupun film-film yang bernapaskan Hindu ke depannya untuk berdiskusi terlebih dahulu dengan Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat sebelum mengeksekusi film.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com