Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melestarikan Pusaka Budaya

Kompas.com - 21/07/2008, 07:44 WIB

Dibandingkan dengan elemen pariwisata lainnya, kuliner merupakan “objek” wisata yang paling siap untuk dikembangkan terlebih dulu sebagai ujung tombak pariwisata Sumatra Barat. Infrastruktur untuk mengembangkannya pun pasti paling murah.

Pertemuan dengan Walikota Bukittinggi H. Djufri malah membuahkan respon yang luar biasa. Pak Wali menyambut positif usulan BPPI untuk merevitalisasi pasar-pasar tradisional di wilayahnya dengan mengacu pada pasar-pasar tradisional di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat yang berhasil menumbuhkan ekonomi rakyat sambil menciptakan tujuan pariwisata yang elok. Beberapa acuan mencakup Pasar Orchorkor di Bangkok, pasar tradisional di kawasan kota tua Budapest dan Nice, Grand Bazaar di Istanbul, dan Pike Market di Seattle, Amerika Serikat.

Pasar Atas di Bukittinggi punya kenangan khusus bagi saya. Di pertengahan dasawarsa 1950-an, ketika keluarga kami tinggal di Padang, Ayah punya langganan penjual tempe yang mangkal persis di kaki tangga pasar itu. Semua orang Jawa di Sumatra Barat tahu bahwa di situlah satu-satunya tempat untuk membeli tempe. Kini, tempe sudah merakyat di seluruh pelosok Nusantara.

Sekalipun Pasar Atas masih menjadi tujuan wisata penting di Bukittinggi, tetapi kesan keteraturan tidak tampak di sana. Penjual pisang bakar nyempil di antara pedagang kutang dan celana dalam. Los Lambuang – tempat para pedagang makanan dan minuman – becek dan kotor, sehingga mengurangi keseronokan makan di sana. Secara terintegrasi, Pasar Atas dan Pasar Bawah tentu dapat direvitalisasi dengan desain ulang yang cantik.

Kepada Walikota Djufri, kami juga sempat “melaporkan” Jam Gadang – ikon Kotamadya Bukittinggi – yang retak-retak setelah gempa bumi. Keretakan hanya ditambal sementara, tanpa meneliti kerusakan struktural yang mungkin lebih parah. Di samping itu, penataan lingkungan Jam Gadang tidak membuatnya tampil anggun dan gagah. Sungguh tidak sebanding dengan kompleks Kantor Walikota Bukittinggi yang anggun, megah, dan gagah di puncak bukit.

Serta-merta pula Pak Wali mengundang BPPI untuk mengajukan rencana pengelolaan Jam Gadang dan kawasan penunjangnya. “Saya sekarang memang sedang biru,” kata Pak Wali mengakui afiliasinya dengan Partai Demokrat. “Tetapi, silakan mengembalikan Jam Gadang ke warna aslinya, sambil menata lingkungannya agar menjadi objek pariwisata yang dapat dibanggakan.”

Telah terbukti di seluruh dunia bahwa hanya bangsa-bangsa yang menaruh perhatian pada pelestarian pusaka dan warisan budaya adalah bangsa-bangsa yang mendapat manfaat maksimum dari ekonomi pariwisata.

Walikota Solo Joko Widodo sudah terjangkiti "virus" pelestarian. (Baca: "Bangkitlah Pasarku"). Kini giliran gubernur dan walikota Sumatra Barat dibuat demam dengan virus yang sama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com