Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Geologi di Balik Daratan Terangkat

Kompas.com - 18/06/2008, 16:15 WIB

Menurut Danny, penjelasan potensi itu disebabkan episentrum gempa bukan berupa titik, tetapi sebuah bidang.

Episentrum gempa sebagai sebuah bidang itulah yang menjelaskan mengapa daratan di Simeulue (akibat gempa Desember 2004) terangkat, disusul peristiwa serupa di Nias tiga bulan kemudian (gempa Maret 2005). Artinya, pergeseran segmen lempeng tertentu akan diikuti segmen lain untuk mencapai titik keseimbangan.

"Melihat fenomena itu, terangkatnya daratan di Pulau Mega hingga Pagai Selatan masih akan diikuti kejadian serupa di Pagai Utara, Sipora, atau Siberut. Hanya, tak tahu kapan waktunya," ujarnya. Mengacu peristiwa Nias, hanya membutuhkan waktu tiga bulan menyusul Simeulue.

Memicu tsunami

Yang patut dikhawatirkan adalah bila pusat gempa bumi berada di bawah Selat Mentawai. Hal itu akan memicu tsunami besar yang mengancam Pantai Padang yang berkontur datar dan tidak terlindungi.

Kekhawatiran dengan kadar berbeda bila pusat gempa berada di sisi barat kepulauan Mentawai, di mana tsunami ke arah Padang telah terlindungi pulau-pulau. Akan tetapi, mengancam penduduk di pesisir barat Mentawai.

Kini siklus gempa sudah terdeteksi melalui "garis tahun"terumbu karang yang mati dan informasi pergerakan muka bumi melalui alat global positioning system. Akan tetapi, prediksi waktu yang tepat datangnya gempa tetap belum dapat dicapai.

Sekalipun belum jelas kapan datangnya gempa, kesiapsiagaan perlu dibangun demi keselamatan warga pesisir. Tujuannya bukan hanya bagi warga di gugusan kepulauan di barat Pulau Sumatera, tetapi juga bagi warga yang bermukim di sepanjang pesisir pantai barat Sumatera, seperti Padang, Sibolga, hingga Bengkulu.

Posisi Pulau Sumatera, yang menjadi semacam "engsel" naik-turunnya daratan (pulau) di gugusan Mentawai, bukan berarti membebaskan daratan Sumatera dari dampak gempa bumi berpotensi tsunami. Apalagi, bila pusat gempa berada di bawah Selat Mentawai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com