Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Geologi di Balik Daratan Terangkat

Kompas.com - 18/06/2008, 16:15 WIB

Tumbukan lempeng

Fenomena penurunan daratan di sisi barat Sumatera disebabkan tumbukan lempeng--lempeng samudra (di dasar Samudra Hindia) menekan lempeng benua di bawah daratan Sumatera. Seiring waktu, tekanan lempeng samudra itu akan melampaui kekuatan lempeng benua untuk menahannya.

Begitu tak tertahankan, pecah dan bergeserlah lempeng benua diikuti getaran yang disebut gempa bumi. Di lautan lentingan lempeng benua akan mengguncang lautan yang diikuti tsunami dan meninggalkan fenomena alam berupa terumbu karang menjadi daratan.

Informasi yang diperoleh Danny, lentingan lempeng benua pernah menyebabkan terangkatnya daratan (pulau) Pagai setinggi 3 meter. Fenomena naiknya terumbu karang hingga 1,5 meter, seperti yang terjadi saat ini, belum merupakan puncak.

Menurut Danny, tidak setiap terjadinya lentingan menunggu titik jenuh tumbukan. Bagian lempeng benua dapat terlepas lebih awal (sebelum siklus 200 tahunan).

Hanya, fenomena itu berdampak kecil, di antaranya disertai magnitudo gempa yang kecil dan rendahnya tsunami.

Fenomena lepasan "kecil" itulah yang disinyalir muncul sebagai gempa Nias, Maret 2005, dan gempa Bengkulu, September 2007.

Menurut catatan sejarah, setidaknya pernah terjadi dua kali gempa besar di gugusan Kepulauan Mentawai, yaitu tahun 1797 berkekuatan 8,3 skala Richter (SR) di Pulau Sipora dan gempa berskala 8,5 SR yang menghantam Pulau Pagai pada tahun 1833 silam.

Potensi terbaru

Saat ini dari lima pulau besar di gugusan Kepulauan Mentawai hanya daratan Pulau Sipora dan Siberut yang belum mengalami pengangkatan daratan.

Mengacu siklus 200 tahunan, hal itu menjelaskan bahwa segmen lempeng benua di bawah dua pulau itu masih sanggup menahan tumbukan lempeng benua. Berbeda dengan kejadian di kawasan Pulau Mega serta Pagai Selatan atau di kawasan Simeulue dan Nias.

Dengan kata lain, potensi lentingan di kawasan Sipora dan Siberut sudah dalam taraf "hamil tua". Bila itu terjadi, bukan tidak mungkin menggerakkan segmen lainnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com