Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pikun Hanyalah Penghakiman Diri

Kompas.com - 30/05/2008, 20:06 WIB

YOGYAKARTA, JUMAT - Banyak orang berumur 40 tahun sudah merasa mulai pikun akibat sering lupa. Sebenarnya mereka tak pikun, melainkan hanya tak pernah memberi kesempatan otak kanan untuk berkembang. Merasa pikun lebih tepat sebagai bentuk penghakiman diri yang tak perlu.

Hal itu disampaikan Irwan Widiatmoko dalam Seminar Super Great Memory di Jogja Expo Center (JEC), Jumat (30/5). Acara tersebut adalah salah satu acara dalam Kompas Gramedia Fair (KGF) 2008.

Menurut Irwan, orang yang sudah mengaku pikun walau usianya muda, dipastikan sejak kecil amat jarang melatih otak kanan. Mereka lebih banyak memacu otak kiri untuk menyelesaikan mas alah. Itu memang tidak salah, tapi juga sangat disayangkan.

"Tuhan memberi manusia otak kanan, ya dimanfaatkan dong. Otak kanan ini berfungsi untuk menggali imajinasi-imajinasi, yang akan membuat otak nyaman berpikir sekaligus kita tidak merasa terbebani," kata Irwan yang juga pemegang rekor MURI untuk daya ingat.

Untuk membuat otak kanan bekerja, lanjut dia, ada metodenya. Salah satu metode itu adalah berlatih menghapal. Irwan mengemukakan bahwa manusia, paling hanya bisa mengingat cepat-dari melihat sampai mengatakan ulang- hanya untuk 10 benda.  

"Misalnya kita harus menghapal 10 benda secara berurutan, yakni, bola, candi, pena, radio, sepatu, peniti, dasi, gedung, tape, lantai. Susah kalau menghapalnya kata demi kata. Untuk mempermudah, diperlukan metode, yakni merangkai cerita," katanya.

"Jalinan cerita itu adalah, pertama, ada orang menendang bola. Lalu, bola itu kena candi. Dari candi lantas keluar pena. Penanya kemudian nancap ke radio. Dari radio keluar bunyi sepatu. Terus, sepatu itu banyak ditancapi peniti. Berikutnya menancap ke dasi. Dasi dipakai untuk membersihkan gedung. Sudah bersih, santai sambil mendengarkan tape dan duduk di lantai," ucapnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com