Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Kekerasan Seksual Mei 1998 Memilih Bungkam

Kompas.com - 15/05/2008, 11:19 WIB

JAKARTA, KAMIS - Pelapor Khusus Mei 1998 melaporkan bahwa korban kekerasan seksual benar ada dalam kasus Mei 1998, namun mereka lebih memilih bungkam karena alasan psikologis terkait pengalaman masa lalu mereka yang kelam.

"Korban kekerasan seksual ada di Mei 1998, sebagian besar dalam bentuk perkosaan yang dilakukan dalam bentuk gang-rape atau bergilir," ujar Saparinah Sadli mewakili Pelapor Khusus Mei 1998 dalam acara Peringatan 10 Tahun Peristiwa Kerusuhan Mei 1998 di Jakarta, Kamis (15/5).

Bentuk perkosaan yang ditemukan juga bukan hanya sekedar penetrasi alat kelamin, melainkan juga upaya memasukkan alat-alat yang merusak sistem reproduksi ke alat kelamin korban. Selain itu, juga ditemukan banyak upaya percobaan dan pelecehan seksual yang jumlahnya melebihi laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Mei 1998 yang dibentuk oleh Presiden BJ Habibie. "Jumlahnya tidak dapat dipastikan, tapi melampaui laporan TGPF yang tercatat 85 kasus yang diverifikasi," tambah Saparinah.

Kekerasan seksual terhadap perempuan berumur 5-50, baik yang sudah menikah maupun belum ini, terjadi di Jakarta, Solo, Surabaya, Medan, dan Palembang, dan dilakukan di tempat-tempat umum seperti taksi dan jalan raya, kecuali bentuk perkosaan gang-rape yang umumnya terjadi di rumah korban.

Menurut Saparinah, para korban ini memilih untuk terus diam atau membisu karena di tingkat personal, para korban kehilangan kepercayaan kepada orang lain, termasuk diri sendiri. "Mereka masih trauma dan berusaha memutus hubungan dengan masa lalu, ada yang gila, meninggal, bahkan bunuh diri," tutur Saparinah.

Dari laporan ini pula dilihat banyak faktor eksternal yang dinilai mendukung keputusan korban untuk bungkam, seperti sikap negara yang belum tegas menindaklanjuti pemenuhan hak korban, sistem hukum yang belum mendukung terjadinya pemenuhan hak atas keadilan dan jaminan perlindungan saksi korban, dan cerita sejarah yang tidak pernah tuntas mengungkap peristiwa ini. Selain itu, sikap masyarakat baik yang percaya, menolak, ragu, maupun apatis serta kondisi keluarga yang kurang menolak untuk tampil di depan publik mengambil porsi yang cukup besar juga untuk membuat korban tetap bungkam. (LIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sejarah Hari Buku Nasional

Sejarah Hari Buku Nasional

Nasional
Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

Nasional
KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

Nasional
Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Nasional
Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Nasional
Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Nasional
Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Nasional
Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Nasional
PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

Nasional
Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Nasional
Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Nasional
Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Nasional
Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Nasional
Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com