Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aset Sejarah Alam Dunia dan Rumah Satwa Sulawesi

Kompas.com - 30/04/2008, 01:51 WIB

Hingga kini, keempat kawasan konservasi dengan luas total 8.718 hektar ini berada di bawah pengelolaan Departemen Kehutanan, melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulut.

Cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung alami. Di dalam cagar alam hanya dapat dilakukan kegiatan penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan kegiatan penunjang budidaya.

Adapun TWA adalah bentuk pengelolaan kawasan konservasi dengan zonasi yang memungkinkan pemanfaatan kawasan untuk tujuan terbatas, termasuk pariwisata.

”Kunjungan wisatawan hanya diizinkan di TWA Batuputih karena kegiatan wisata di cagar alam tidak diizinkan. Tetapi karena Tangkoko sudah populer, nama Tangkoko dijual untuk daya tarik wisatawan. Walaupun sebenarnya yang dikunjungi wisatawan adalah TWA Batuputih,” ujar Saroyo.

Sulawesi Program Coordinator Wildlife Conservation Society–Indonesia Program, Dr Johny Tasirin, menyatakan, Tangkoko memiliki nilai sejarah alam yang penting karena di kawasan konservasi ini terdapat 26 jenis mamalia (10 jenis endemik Sulawesi), 180 jenis burung (59 di antaranya endemik Sulawesi dan 5 endemik Sulut), dan 15 jenis reptil dan amfibi.

Di Tangkoko juga ditemukan burung manguni (Otus manadensis) yang menjadi simbol daerah Minahasa, bersama tujuh jenis burung manguni lainnya. ”Burung malam ini harus berbagi habitat dengan belasan perambah malam lainnya, termasuk tarsius, tujuh jenis kelelawar, dan musang Sulawesi,” ujar Tasirin. Tangkoko, tambahnya, adalah rumah dari monyet hitam dan tarsius. Kedua satwa ini adalah jenis primata asli Sulawesi Utara dengan nilai evolusi yang tinggi.

Benteng terakhir

Menurut Saroyo, Tangkoko-Batuangus merupakan benteng terakhir sebagai tempat hidup berbagai satwa Sulawesi yang paling memesona para ahli alam dari luar negeri dan dalam negeri.

Selain monyet hitam sulawesi dan tangkasi, satwa khas Sulawesi lain yang mudah dijumpai di kawasan ini adalah kuskus beruang (Ailurops ursinus), kuskus kerdil (Strigocuscus celebensis), julang sulawesi atau burung rangkong (Rhyticeros cassidix), dan kangkareng (Penelopides exarrhatus).

Monyet hitam sulawesi dan tangkasi adalah mamalia Ordo Primates yang merupakan satwa khas zoogeografi atau geografi satwa Asia (Oriental). Adapun kuskus beruang dan kuskus kerdil adalah mamalia Ordo Marsupialia atau mamalia berkantong. Ordo ini merupakan kelompok satwa khas zoogeografi Australia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com