Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulau Kabaena yang Terus Merana

Kompas.com - 18/04/2008, 02:17 WIB

Dari Benteng Tawulagi di Desa Tangkeno akan terasa lebih asyik menikmati keindahan alam karang atol tersebut. Dari sana Sagori menampilkan pemandangan dalam sapuan empat warna: biru tua sebagai garis terluar, biru muda, garis pantai berwarna putih, kemudian nuansa hijau di tengah pulau. Nuansa hijau bersumber dari tajuk-tajuk cemara.

Sagori terukir dalam sejarah Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), perusahaan dagang yang menjadi cikal-bakal kekuasaan Belanda di Nusantara. Iring-iringan lima armada niaga kandas dan remuk di pulau karang itu pada 4 Maret 1650.

Pada era 1990-an, ketika Bali sebagai pintu gerbang wisata Indonesia belum tercemar bom teroris, Pulau Sagori menjadi sasaran kunjungan turis mancanegara setiap tahun. Turis yang datang berasal dari Eropa, AS, Kanada, Jepang, Australia, Timur Tengah, dan Filipina. Mereka datang dengan kapal cruise setelah mengunjungi beberapa obyek wisata di Buton dan Muna.

Karang atol berjarak sekitar 2,5 mil dari Pulau Kabaena. Dari Pelabuhan Sikeli bisa dicapai sekitar 30 menit dengan perahu motor atau 15 menit dengan speedboat.

Bagi wisatawan minat khusus, seperti penelusur goa, Watuburi di Desa Lengora adalah salah satu goa di Kabaena yang paling menantang untuk ditelusuri. Selain pemandangan khas seperti stalaktit dan stalagmit di ruang depan pintu masuk, Goa Watuburi juga memiliki lorong sepanjang pegunungan karst Lengora yang selama ini belum pernah ditelusuri.

Sejumlah benteng dan makam tua di Desa Tangkeno juga menanti turis peminat sejarah dan budaya. Warga setempat sering menemukan mata uang logam dan piring kuno bersimbol China yang tersembunyi di balik susunan batu benteng atau makam.

Kondisi jalan

Hubungan transportasi ke dan dari Kabaena kini cukup lancar. Pulau itu bisa dikunjungi melalui Kota Bau-Bau dan Kasipute, ibu kota Kabupaten Bombana. Kapal-kapal rakyat beroperasi mengangkut penumpang dan barang setiap hari ke Dongkala dan Sikeli dari Bau-Bau atau Kasipute.

Bagi pengunjung yang membawa mobil sendiri dapat menggunakan angkutan kapal feri di lintas penyeberangan Mawasangka-Dongkala (14 mil). Mawasangka adalah kota kecamatan di ujung Pulau Muna yang terdekat dengan Kabaena.

Sebaliknya, hubungan transportasi antarkecamatan dan desa di pulau itu masih sangat sulit. Pasalnya, prasarana jalan di sana masih jalan tanah yang menjadi kubangan pada musim hujan. Angkutan umum lokal didominasi ojek yang relatif mahal untuk ukuran kocek warga setempat yang umumnya miskin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com