Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taksi Black Cab dan Bus Double Decker

Kompas.com - 16/04/2008, 20:45 WIB

Rata-rata para pekerja yang berpapasan dengan saya di jalan mengenakan jaket warna gelap dan sepatu boot kulit yang juga berwarna hitam. Pembedanya adalah adalah aksen warna di syal yang berlainan. Walaupun demikian mereka tetap tampil modis. Sepertinya benda-benda itu merupakan must have and must wear pada saat cuaca seperti ini, kalau tidak mau menggigil kedinginan.

Semua trotoar jalan yang saya lalui nyaman dan bersih. Rata-rata lebarnya sekitar 4-6 meter. Setiap kali mau menyeberang selalu ada tulisan besar warna kuning di aspal look right atau look left lengkap dengan anak panahnya, supaya kita waspada. Semua tombol dan lampu penyeberangan berfungsi dengan baik. Oh... ya mobil di sana berjalan di sisi kiri jalan sama seperti di Indonesia.

Ketika sedang menunggu bus, setelah keluar masuk beberapa toko untuk sekedar window shoping di Oxford Street, dimana hampir semua pertokoan terkenal ada di sini seperti: Selfridges, The Body Shop, Debenhams, House of Fraser, Mark & Spencers. Saya sempat terheran-heran karena bus dengan nomor yang saya inginkan tidak mau berhenti walaupun saya sudah berdiri tepat di depan halte bus tersebut.

Mengapa? Ternyata dari informasi seorang calon penumpang, saya harus menunggu di halte sebelumnya karena pemberhentian bus biasanya diselang-seling, untuk mengurangi kemacetan jalan, khususnya di jalan yang terbilang padat seperti Oxford Street. Jadi kita harus melihat nomor-nomor yang tertera di papan samping setiap halte. Ooh... ketahuan deh kalau saya bukan orang sana.

Yang bikin tambah menyenangkan, di atas semua halte bus, ada papan tulisan digital satu baris yang memberikan informasi bus nomor berapa yang akan segera muncul, lengkap dengan perkiraan menitnya. Asyik ya... Semua bus di London, otomatis akan miring ke kiri setiap kali berhenti untuk mensejajarkan level ketinggian lantai bus dengan tinggi halte. Sehingga memudahkan para orang tua atau anak-anak kecil yang akan naik atau turun dari bus. Bahkan untuk penumpang yang berkursi roda atau penumpang yang membawa kereta bayi, ada tambahan pijakan datar yang dapat dikeluarkan dari badan bus agar menyatu ke lantai halte dan tidak ada gap sama sekali. Dengan begitu mereka dapat naik dengan mudah.

Di dalam bus pun ada tempat khusus yang memang disediakan untuk mengakomodir penumpang dengan kebutuhan khusus semacam ini. Aman dan nyaman. Tidak ada bus yang ngebut di jalan, semua berjalan secara teratur dan tertib. Tiket bus bisa dibeli disetiap halte, tapi mesin yang ada di situ hanya menerima uang koin. Alternatif lain kita bisa membeli tiket di setiap tempat informasi untuk turis atau di stasiun kereta, bahkan juga dijual secara online.

Untuk berjalan-jalan di London secara hemat selama satu hari penuh, saya memutuskan membeli one day pass yang bisa digunakan untuk semua moda transportasi di sana tanpa ada batasan jarak dan tanpa limit untuk berapa kali perjalanan. Taripnya sekitar £6,7. Bandingkan dengan harga tiket bus normal yang untuk satu kali perjalanan saja mencapai £2.

Dengan tiket tersebut, saya bisa keliling kota sepuasnya seharian penuh, mengunjungi, London Tower, London Bridge, London Eye, Big Ben, Parliament Building, Trafalgar Square, British National Museum, Oxford Street. Hmmm.. pendek kata puas deh....semua dicapai dengan transportasi umum. Kapan ya Jakarta bisa seperti ini...... (Dina L)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com