Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Histeria Ibu-ibu untuk Cawagub

Kompas.com - 01/04/2008, 13:46 WIB

PADA sebuah ruang besar di sebuah hotel di Jalan Soekarno-Hatta, Bandung, pekan lalu, terdengar bunyi gaduh dari ibu-ibu yang setengah histeris. Di ruang pertemuan itu, tampak seorang aktor tengah berbicara. Dia adalah Yusuf Macan Effendi alias Dede Yusuf yang menjadi calon wakil gubernur Jawa Barat.

Saat itu Dede berbicara tentang pekerja perempuan di Jabar. Acara yang dimulai pukul 09.00 itu awalnya berjalan tertib. Tamu undangan yang sebagian besar perempuan itu mendengarkan dengan tenang.

Lambat laun, keadaan mulai ramai, terutama saat sesi tanya jawab. Perempuan ramai-ramai mengacungkan tangan sehingga harus dibagi beberapa termin.

Sebagian dari mereka menanyakan atau menjelaskan tentang nasib perempuan di Jabar. Ada lagi yang mengemukakan kekaguman mereka terhadap aktor yang masih muda, tetapi berani maju dalam pilgub tersebut.

Dalam mengutarakan pertanyaan, sejumlah ibu sempat saling berlomba meraih mikrofon. Saking bersemangatnya, dua ibu yang dalam beberapa sesi belum mendapatkan kesempatan bertanya terpaksa lari ke depan.

Upaya itu dilakukan hanya untuk terlihat sang cawagub dengan harapan ditunjuk untuk menyampaikan pertanyaan. Jika belum berhasil, mereka maju lagi ke depan.

Kejadian tersebut dilakukan berulang beberapa kali. Tawa tamu undangan pun pecah melihat kelakuan mereka yang juga tampak tergelak. Dede hanya menganggukkan kepala dan mengucapkan terima kasih.

Acara dilanjutkan dengan deklarasi dukungan terhadap Dede dan pasangannya, calon gubernur Ahmad Heryawan, dengan berteriak. Puncaknya, kegaduhan terjadi ketika seluruh undangan diajak meneriakkan yel-yel dukungan.

"Begini saja. Ayo, siapa di antara ibu-ibu di sini yang paling keras teriakannya, saya beri imbalan Rp 1 juta," kata Dede.

Seketika ruangan pun riuh rendah dengan suara para ibu yang mendengar uang dengan jumlah tidak kecil itu. Selanjutnya, mereka berlomba-lomba berteriak sekencang mungkin. Namun, Dede belum juga menjatuhkan pilihan dan meminta mereka berteriak lebih keras lagi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com