Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusuri Riam Sungai Katingan

Kompas.com - 24/03/2008, 11:54 WIB

Sungai Katingan yang lebarnya lebih dari 200 meter merupakan sungai besar yang memiliki sejumlah anak sungai, di antaranya Sungai Samba, Hiran, Senamang, dan Sungai Mahuk.

Tukang perahu kelotok yang kami tumpangi bernama Incek (28), warga Tumbang Samba. Meskipun usianya terbilang muda, kami percaya pada kemampuannya mengendalikan perahu kelotok melintasi riam di Sungai Katingan. Kecepatan perahu kelotok sekitar 60 km/jam dengan kapasitas 20-30 penumpang.

Tujuan pertama kami adalah Riam Mangkikit yang dapat ditempuh dalam satu jam dari Tumbang Samba. Riam Mangkikit merupakan riam pertama dan salah satu riam terbesar ke arah hilir Sungai Katingan dari Tumbang Samba.

Sekitar 30 menit pertama, kondisi Sungai Katingan masih bersahabat. Air sungai berwarna coklat mengalir lembut dan tak beriak, tanda sungainya dalam. Di tepi sungai ada satu-dua perkampungan, selebihnya hutan yang lumayan lebat. Di sepanjang perjalanan juga dapat disaksikan puluhan penambang emas tradisional.

Sayangnya, perjalanan sedikit terhambat. Mesin perahu kelotok yang kami tumpangi terbatuk-batuk, bahkan mati setiap kali Incek menambah kecepatan. Perjalanan menuju riam Mangkikit yang bisa ditempuh satu jam molor jadi 1,5 jam.

Mendekati Riam Mangkikit, perangai sungai mulai berubah. Air tampak beriak dan terdengar suara gemuruh. Batu-batu besar yang mencuat ke permukaan terlihat semakin banyak.

Setelah beberapa kali mogok, perahu kelotok kami sampai di Riam Mangkikit. Sambil menunggu mesin perahu diperbaiki, penumpang turun ke Riam Mangkikit.

Riam ini bentuknya seperti sebuah pulau batu di tengah sungai. Batu-batu besar berderet dengan panjang sekitar 200 meter. Air mengalir deras melalui celah-celah batu di permukaan ataupun di dasar sungai.

Setelah kondisi mesin kelotok siap menembus Riam Mangkikit, semua penumpang kembali menaiki perahu. Untuk mengambil ancang-ancang, Incek memutar perahu menjauh, lalu mengarahkan perahu lurus ke arah riam. Perasaan kami cemas melihat kondisi riam yang tampak ganas dan mesin yang tidak prima.

Sebelum mulai memasuki riam, Incek mencelupkan sebelah kaki ke dalam air sungai. Awalnya kami mengira itu untuk mengukur kedalaman dan kekuatan arus, namun ternyata itu merupakan ritual mohon keselamatan yang biasa dilakukan tukang perahu sebelum melewati riam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com