Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Badak Jawa Akan Difilmkan

Kompas.com - 28/02/2008, 21:35 WIB

JAKARTA, KAMIS - Sebagai bagian dari upaya konservasi satwa langka, kehidupan badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) akan difilmkan. Organisasi nirlaba WWF berencana memasang dua video trap atau kamera pengintai yang dapat merekam gambar bergerak di dua titik dalam lokasi Taman Nasional Ujung Kulon.

"Kami sudah ketahui 16 titik yang sering disinggahi badak. Kamera akan dipasang pada dua titik yang sering menjadi lintasan," kata Adji Santoso dari Program Rhino Care WWF di sela-sela peluncuran Green Radio sebagai pengganti radio Utan Kayu di Jakarta, Kamis (28/2). Dengan kamera video, lanjutnya, kehidupan badak Jawa dapat dipelajari lebih banyak.

Selama ini, pemantauan badak Jawa, yang hanya tersisa sekitar 60 ekor di satu-satunya habitat alami di Ujung Kulon, dilakukan dengan dua kali survei setiap tahun dan pemasangan camera trap. Hanya saja kamera yang selama ini digunakan hanya dapat mengambil gambar diam. Menurut Adji, survei yang dilakukan secara langsung dengan berjalan kaki dan menyusuri sungai umumnya juga jarang menemui badak secara langsung dan hanya mengukur dari jejak badak yang ditemukan.

Namun, tahun lalu,  tim WWF yang sedang melakukan pemantauan rutin juga berhasil merekam seekor badak Jawa dalam format video meskipun hanya berdurasi 40 detik. Video tersebut menggambarkan seekor badak Jawa yang sedang ngasin atau meminum air asin di perairan sekitar pantai.  

Selain kamera video, WWF juga berencana memasang sejumlah rumah pohon untuk memantau badak Jawa tanpa mengganggu ruang jelajahnya. Rumah pohon dipilih karena badak Jawa dikenal sebagai hewan soliter (penyendiri) yang sangat mudah terusik kehadiran manusia di dekatnya.

Meskipun habitat alaminya di Ujung Kulon bisa dikatakan bebas dari gangguan manusia, badak Jawa diperkirakan sedang menghadapi ancaman kepunahan. Dengan jumlah yang sangat sedikit dan habitat tunggal di Ujung Kulon risiko kepunahannya besar. Pemilihan habitat kedua di luar Ujung Kulon sudah diusulkan dan masih diwacanakan.

Menurut Adji, langkah yang lebih penting saat ini adalah pengelolaan habitatnya sekarang. Badak Jawa terancam mati kelaparan karena ditengarai sumber makanannya, daun-daunan tumbuhan bergetah dan daun rotan, saat ini semakin sedikit karena desakan langkap, tumbuhan invasif dari jenis palem-paleman. Ekspansi banteng ke dalam hutan karena padang penggembalaan yang menyusut juga dapat menimbulkan perebutan sumber makanan.

"Kita akan mulai menebang langkap tapi di area terbatas dulu. Padang penggembalaan juga akan dibersihkan agar banteng tidak masuk ke hutan," jelas Adji. Penelitian untuk mengukur pengaruh pemanasan global terhadap perubahan habitat di Ujung Kulon juga akan dilakukan untuk melengkapi kegiatan pemantauan dan patroli yang rutin dilakukan selama ini.

Untuk mendanai program konservasi badak Jawa di Ujung Kulon, WWF mengajak masyarakat untuk berpartisipasi melalui program Rhino Care. Salah satu program ini adalah adopsi badak yang memberi kesempatan kepada beberapa orang secara simbolis mengadopsi badak dan berkesempatan terlibat langsung dalam program konservasi di lapangan.(WAH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com