Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesta Imlek di Pasar Ramai ...

Kompas.com - 03/02/2008, 21:45 WIB

TIDAK seperti biasanya, tukang becak kayuh bermarga Lubis kebanjiran order. Sebentar dia pergi, lalu datang, dan tidak lama mendapat penumpang lagi. Kebetulan tempat mangkalnya menguntungkan, berada di pintu masuk Pasar Ramai. Pasar yang terletak di Jalan Asia Baru, Medan itu sedang ramai. Pada hari-hari biasa memang ramai, kali ini lebih ramai. Sampai-sampai berjalan di tengah pasar saja sulit. Apa banyak hal yang membuat pasar itu istimewa menjelang imlek dibanding pasar lain ? 

Salah satu pasar tua di Medan itu, berada di pecinan (istilah pemukiman yang banyak dihuni warga Tionghoa). Meski tergolong pasar tradisional, pasar itu tidak kalah dengan mal yang berdiri megah di utara pasar. Dari infrastruktur pasar, tidak berbeda dengan pasar tradisional lain, seperti Pasar Sei Sikambing, Pasar Petisah, Pasar Glugur, dan Pasar Peringgan. Umumnya, pasar tradisional becek, pengap, sempit, sehingga sangat sering antara pembeli bersenggolan. Namun, dari segi barang yang dijual, Pasar Ramai mempunyai karakteristik sendiri.

Pasar ini dinilai para pelanggannya menjual barang paling lengkap di Medan. Pasar yang puncak keramaiannya pada tengah hari ini. “Pagi hari, ada orang jual kodok, Siang sampai sore tambah lengkap, abang mau cari apa saja ada di sini,” kata Lubis usai mengantar penumpang becak kayuh. Hal itu dinilai salah satu daya tarik bagi pelanggan bernama Tammy Tang.

Tammy yang kebetulan tinggal sekitar 1 kilometer dari pasar, sangat diuntungkan dengan adanya Pasar Ramai. Agak aneh, pembeli bak semut mengeremuni gula, meski harga sejumlah barang di tempat itu lebih mahal mereka tetap setia menjadi pelanggannya. Bukan rahasia lagi, untuk harga sayur dan buah di Pasar Ramai lebih mahal dari yang lain. Karya Elly, yang juga Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Medan mengatakan pergi ke Pasar Ramai mesti tahu triknya. “Jika penjual menawarkan harga Rp 10.000, maka anda harus menawar Rp 5.000. Di sini sudah lumrah, menawar harga separuhnya. Jika tidak, maka anda akan kena gorok,” tutur Karya.

Pesta 
Ibarat pesta, di Pasar Ramai sudah digelar pesta tahun baru Imlek 2559. Tahun baru yang mestinya jatuh pada 7 Februari itu sudah terjadi lima hari sebelumnya. Tidak hanya ramainya pembeli yang akan merayakan Imlek, melainkan juga barang dan per-pernik kebutuhan Imlek. Perlengkapan sembahyang berikut dengan pernak-perniknya itu menghiasi sejumlah toko dan lapak. Warna merah mendominasi toko yang menyediakan hio, lilin, kertas sembahyang, buah-buahan, dan kue bakul (kue keranjang-Red). Suasana itu larut dalam lantunan lagu Tionghoa sayup-sayup di penjual kaset dan CD.

Alan, penyuplai buah asal China mengatakan, dia pun kebanjiran pesanan pedagang buah dari Pasar Ramai. Ditemui saat menurunkan buah dari pikap tertutup, Alan mengatakan buah seluruhnya berasal dari China. Permintaan paling banyak adalah aneka buah jeruk China. Jeruk yang dimaksud yakni jeruk Pon Kam, Jeruk She Tang Cik,  dan Jeruk Kim Ket. Jeruk pertama yang tersebut tadi hanya khusus muncul pada saat Imlek. Jika mau mencarinya, ada di Pasar Ramai.
 Begitupun dengan apel sun moon, pear gong lie, pear  ya lie, semua dari China. Memang segmen Pasar Ramai sebagian besar orang keturunan Tiong Hoa, begitu juga penjualnya, sebagian besar warga keturunan Tionghoa. Meski begitu, tak jarang warga lain non Tionghoa juga bisa membeli serta berjualan di tempat itu. Itulah sekilas cerita sebuah pasar tradisional di Medan bernama Pasar Ramai. (Andy Riza Hidayat)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com