JAKARTA, MINGGU - Beberapa pemimpin dunia langsung menyatakan ikut berduka cita atas meninggalnya mantan Presiden RI kedua, Soeharto, Minggu (27/1). Setidaknya Amerika Serikat (AS), Jepang, Singapura, Malaysia dan Belanda sudah menyampaikan belasungkawa tersebut.
Bahkan, mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Muhamad (82), langsung memberi pernyataan. Kepada kantor berita Malaysia, Bernama dia mengatakan, "Soeharto adalah teman bagi Malaysia, juga teman saya secara pribadi."
"Meski selama pemerintahannya Indonesia bukan negara demokrasi yang iedal, tapi dia telah membawa stabilitas di Indonesia. Tentu, ada harga yang harus dibayar," katanya.
Mahathir merasa berutang budi kepada Soeharto yang mengakhiri konfrontasi dengan Malaysia. Pada pemerintahan Soekarno, tahun 1964 Indonesia melakukan konfrontasi dan berusaha merebut Sarawak dan Singapura. Begitu Soeharto berkuasa, upaya itu dihentikan.
Sebelumnya, Perdana Menteri Malaysia, Abdullah Ahmad Badawi mengatakan, wafatnya Soeharto adalah kehilangan besar bagi Indonesia maupun Malaysia.
"Kami berdoa agar Allah merahmati arwah Soeharto dan menempatkannya di tempat yang terhormat," katanya para wartawan di Malaysia.
Perdana Menteri Jepang Fukuda juga langsung menyampaikan pesan rasa belasungkawa kepada Presiden Susilo Bambang Yudoyono, atas meninggalnya mantan presiden Soeharto.
"Saya berdoa semoga arwah Soeharto beristirahat dalam damai. Soeharto telah lama berusaha memelihara persahabatan dengan Jepang dan dan membangun hubungan yang baik antara dua negara," kata Fukuda dalam pesannya tersebut.
"Atas nama pemerintah dan rakyat Jepang, saya menyampaikan rasa duka cita yang dalam," tambahnya.
Dubes Amerika Serikat, Cameron R Hume, bahkan ikut melayat ke Cendana, tempat jenazah Soeharto disemayamkan, Minggu (27/1). Siaran pers Kedubes AS menyebutkan, "Pemerintah AS ikut berduka cita atas meninggalnya mantan presiden Soeharto. Selama pemerintahannya, Indonesia mengalami kemajuan ekonomi dan sosial yang baik."
"Singapura menyampaikan simpati kami yang dalam atas rasa duka yang dialami rakyat Indonesia," demikian email yang disiarkan Kementerian Luar Negeri Singapura.
Pemerintah Belanda yang pernah menjajah Indonesia, menyampaikan rasa duka yang dalam. Menteri Luar Negeri Belanda, Maxime Verhagen mengingatkan, jasa Pak Harto terhadap Indonesia pantas dihormati.
"Di bawah pemerintahannya, Indonesia mengalami masa-masa stabli. Ekonomi tumbuh, terutama pada 1980-an. Setelah dia turun, rakyat memilih pemimpin secara demokratis. Itu artinya Indonesia sudah menjadi negara demokrasi," katanya.
Sementara itu Bangladesh mengatakan, kematian Soeharto mengakhiri eranya. Namun, juga menyebut beberapa inkonsistensi dalam pemerintahannya.
"Pendukungnya menyebut Soeharto Bapak Pembangunan. Sedangkan penentangnya menyebutnya diktator," kata Iftekhar Ahmed Chowdhury, penasihat Kementerian Luar Negeri Bangladesh. (AFP/RTR/HPR)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.