Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sembuhkan Alergi Tanpa Jarum Suntik

Kompas.com - 11/01/2008, 00:23 WIB

PENYAKIT alergi umumnya ditimbulkan oleh faktor keturunan dan lingkungan. Kadang untuk memastikan faktor pemicu itu tidaklah mudah. Melalui berbagai jenis tes di Klinik Alergi dan Imunologi, pemicu itu dapat diketahui. Selanjutnya tentu lebih mudah memilih terapi yang paling tepat. 

Angka kejadian alergi di seluruh dunia meningkat pesat dalam 30 tahun terakhir. Jenis alergi terbanyak yaitu eksim, alergi hidung dan asma. Alergi adalah penyakit yang biasanya ditimbulkan oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan.

Kedua faktor itu saling berinteraksi hingga menyebabkan terjadinya alergi. Maka ada yang namanya alergi keturunan dan ada juga alergi lingkungan, tergantung faktor mana yang porsinya lebih besar.

Timbulnya penyakit alergi, jelas Prof. DR. Dr. H. R. Karnen Garna Baratawidjaja, Sp.PD-KAI, FAAAI., memang tergantung dari besar-kecilnya pencetus. Jika faktor keturunan kadarnya besar dan faktor lingkungan kecil, reaksi alergi tetap bisa terjadi.

Begitu pula sebaliknya. "Tapi kalau faktor keturunan besar dan lingkungan tidak memacu, alergi itu tidak akan terjadi," ujar ahli alergi dari Klinik Alergi dan Imunologi ini.

Tes Reaksi Cepat
Ditegaskan Prof. Karnen, penanganan alergi akibat faktor keturunan ini masih sulit. Meskipun saat ini banyak penelitian difokuskan ke arah itu. Penelitian biasanya dilakukan sejak bayi masih berada dalam kandungan.

Memang lebih mudah mengetahui alergi akibat faktor lingkungan, yaitu dengan melakukan anamnese (wawancara dengan pasien). "Bila pasien yang datang mengalami gatal-gatal setelah makan udang, ya anjurannya jangan makan udang lagi. Pada pasien yang mengalami gatal-gatal sehabis luluran, bahan-bahan yang terdapat dalam lulur itu harus diperiksa," cetusnya.

Ditambahkan bahwa untuk mengetahui hubungan antara penyebab dan timbulnya gatal-gatal itu tidak selalu mudah. Untuk memastikannya di Klinik Alergi dan Imunologi ini akan dilakukan beberapa tes. Ada tiga jenis pemeriksaan yang bisa dijalani, terutama untuk memperdalam kasus alergi, terutama yang diakibatkan faktor lingkungan.

Pertama yaitu tes tusuk kulit (skin prick test). Pada pemeriksaan ini kulit akan diberi alat khusus yang bernama point. Alat ini diletakkan di atas kulit dengan cara agak ditekan-tekan. Point sendiri berupa bahan-bahan alami, misalnya berbagai jenis makanan, bahkan tepung sari. "Di sini sama sekali tidak menggunakan jarum suntik, maka itu tidak setetes pun darah mengalir," ujar Prof. Karnen. Tes tusuk kulit ini reaksinya cepat sekali, hanya sekitar 15 menit.

Jenis tes lainnya adalah tes tempel (patch test). Bila dokter menduga kelainan kulit yang ada diakibatkan kontak dengan bahan kimia, maka satu-satunya cara untuk membuktikannya yakni dengan tes tempel ini. Alergi sejenis ini disebut dermatitis kontak alergi.

Patch test dilakukan dengan menempatkan bahan-bahan kimia dalam tempat khusus (finn chamber) lalu ditempelkan pada punggung pasien. Waktu yang digunakan sekitar 48 jam dan selama pemeriksaan pasien dianjurkan untuk tidak melakukan kegiatan jasmani atau bekerja keras.

Bagian tubuh yang ditempel juga tidak boleh terkena air, supaya tempelan bahan kimia itu tidak terkelupas. Dua hari kemudian pasien diminta datang kembali dan tes tersebut akan diangkat serta dibaca oleh dokter. Reaksi pada tes ini lambat, makanya setelah 72 jam dihitung sejak bahan ditempel pada punggung baru, bisa dilepas.

Jenis tes yang terakhir adalah tes darah. Pada kasus alergi umumnya terdapat jenis antibodi IgE yang meningkat. Contohnya, orang yang alergi terhadap susu, akan menunjukkan adanya peningkatan IgE terhadap susu. Harapannya bila telah ditemukan penyebabnya, cara mengatasinya cukup dengan menghindari pencetus tadi. Namun kadang tidak segampang itu. Karenanya perlu diadakan uji darah dengan dibarengi diit alergi.

Pemeriksaan Fungsi Paru
Pemeriksaan lainnya lebih ditujukan kepada penderita asma. Salah satu gejala asma adalah sesak nafas dan batuk. Terkadang pada asma yang akut timbul bunyi. Bila hal itu terjadi perlu diadakan pemeriksaan dengan alat peak flow meter atau  spirometri. Bila fungsi paru dinyatakan jelek baru diberikan obat inhalasi.
 
Pemeriksaan fungsi paru tadi untuk mengetahui apakah ada kenaikan persentasi penyakit atau tidak. Pada orang yang diduga memiliki riwayat asma, tetapi saat pemeriksaan tidak dijumpai adanya gejala, biasanya akan dilakukan tes fungsi paru. Setelah itu baru diberikan obat asma yang namanya alat nebulasi.

Sebelum ditemukan alat ini dokter kerap memberikan suntikan adrenalin. Di klinik ini sudah tidak lagi menggunakan suntikan tersebut. "Di sini tidak menggunakan adrenalin karena banyak sekali efek sampingnya. Terkadang tensi darah pasien bisa naik, biasanya itu terjadi pada orang tua. Di daerah-daerah alat ini masih langka, maka saya tak menyalahkan bila dokter menggunakakn suntikan andrenalin," ujar  anggota American Academy of Allergy and Immunology ini.

Pasien yang mengikuti perawatan di klinik ini juga mendapat learning centre (LC). Dalam LC setiap pasien diberi penyuluhan khusus secara perorangan oleh dokter. Misalnya, penjelasan rinci mengenai faktor-faktor pemicu. Dengan cara ini pasien akan lebih mengenal kondisinya, sehingga mereka lebih mandiri dalam mencegah kekambuhan penyakitnya.

Klinik Alergi dan Imunologi
Jl. Sisingamangaraja No. 49/51
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Telp. (021) 7223259-60, 7221445
Fax. 7395756

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com