Dia yakin bahwa Megawati bakal membuka pintu peluang kerja sama kubunya dengan kubu calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD jika Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 berjalan dua putaran.
“Mbak Mega itu ya, saya salut sama dia itu. Dia kalau sekadar menang, barangkali dia bisa di sini (kubu Prabowo). Tapi, ternyata dia mempertaruhkan untuk satu konstitusi, demokrasi, dia bersikap, dan saya rasa kami sangat menghormati sikap-sikap seperti itu,” ujar Jumhur di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (9/2/2024).
Meski begitu, dia mengungkapkan, saat ini tiga elite yang digadang-gadang menjadi kunci konsolidasi kedua kubu belum bertemu.
Ketiganya adalah Wakil Presiden (Wapres) ke-10 dan 12 RI Jusuf Kalla, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, dan Megawati sendiri.
Namun, Jumhur optimis ketiganya bisa duduk satu meja karena memiliki semangat yang sama untuk memperjuangkan demokrasi saat ini.
“Yang saya tahu belum. Tapi ya senior-senior ini paling tahu harus bagaimana, kan kata kunci mereka kan melawan segala bentuk anti demokrasi,” katanya.
Di sisi lain, Jumhur menampik pernyataan politisi PDI-P Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang pesimis kedua kubu sulit bekerja sama.
Menurut dia, Ahok bukan elite yang menentukan kesepakatan tersebut dan mantan Gubernur DKI Jakarta itu mesti melihat situasi pendukung Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud di akar rumput yang memiliki semangat kerja sama.
“Kalau Ahok turun ke bawah teorinya itu sangat terasa betul. Semua yang di 03 teman saya juga,” ujar Jumhur.
Diketahui, saat ini kubu paslon nomor urut 1 dan 3 masih yakin bahwa Pilpres 2024 bakal berjalan satu putaran.
Meski begitu, kubu capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka tetap pada narasinya bahwa Pilpres 2024 berjalan satu putaran.
Di sisi lain, Jusuf Kalla pernah menyampaikan bahwa kubu Ganjar-Mahfud lebih berpotensi untuk bergabung dengan kubu Anies-Muhaimin jika kalah pada putaran pertama.
Dalam pandangannya, Megawati sulit bergabung dengan kubu Prabowo-Gibran karena saat ini dibelakangnya ada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Pasalnya, hubungan Jokowi dan PDI-P diduga memburuk setelah Gibran maju menjadi pendamping Prabowo. Sementara Megawati dan SBY tak pernah akur sejak pencalonan presiden 2004.
https://nasional.kompas.com/read/2024/02/09/21473211/timnas-anies-muhaimin-puji-megawati-yakin-bisa-kerja-sama-untuk-putaran