Salin Artikel

Debat Capres Antiklimaks: Capres Ikut Selera Pasar

Bedanya dengan debat-debat sebelumnya, kejutan dalam debat capres terakhir ini bersifat terbalik, dalam arti menjungkirbalikkan ekspektasi.

Banyak pihak yang memprediksi –dan sebenarnya mengharapkan– debat capres terakhir ini adalah klimaks, di mana kritik-kritik pedas dan keras dilayangkan dan bom-bom serangan dilontarkan.

Namun yang terjadi adalah debat capres yang anti-klimaks. Baik Anies, Prabowo maupun Ganjar cenderung ‘main aman’ dan normatif.

Debat lebih banyak didominasi dengan kata ‘setuju’, ‘sepakat’, ‘bagus’ dan ‘meneruskan’. Tidak ada ‘serangan’ berarti. Jikapun ada, sekadar tipis-tipis saja untuk sekadar menjadi pembeda dengan capres yang lain.

Sikap ‘main aman’ dan normatif ketiga capres tersebut dapat dipahami dalam konteks elektoral. Berdasarkan survei nasional Indikator Politik Indonesia pada 10-16 Januari 2024, mayoritas publik tidak setuju dengan debat capres/cawapres yang saling menyerang lawan debat, yakni sebanyak 57,6 persen.

Survei ini dilakukan pascadebat ketiga pada 7 Januari 2024, di mana Prabowo Subianto terpojok oleh kritik keras Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo. Dalam bahasa netizen, Prabowo ‘dirujak’ oleh kedua capres lainnya.

Dengan kata lain, Prabowo dipermalukan di depan publik. Sehingga, timbul empati dan belas kasihan publik kepada Prabowo. Empati dan belas kasihan publik ini timbul karena budaya untuk tidak mempermalukan seseorang di depan banyak orang.

Dengan berkaca pada dampak debat ketiga tersebut, pada debat pamungkas ini, semua capres mengikuti selera pasar: tidak saling serang lawan debat, apalagi sampai menjatuhkan dan mempermalukan lawan debat.

Lalu bagaimana dengan substansi debat terakhir ini?

Secara substansi, persona masing-masing capres masih konsisten. Anies dengan perubahannya, Prabowo dengan keberlanjutannya dan Ganjar dengan kebimbangannya antara perubahan dan keberlanjutan.

Prabowo yang memperoleh giliran presentasi pertama memaparkan proyek-proyek strategis di bawah payung gagasan Strategi Transformasi Bangsa. Prabowo menekankan pada program makan gratis untuk mengatasi persoalan stunting dan tingginya angka kematian ibu hamil.

Menurut Prabowo, program makan gratis memiliki multiplayer effect, termasuk pertumbuhan ekonomi di angka 1-1,5 persen.

Di bidang kesehatan, Prabowo ingin membangun rumah sakit modern di tiap kabupaten/kota dan puskesmas modern di tiap desa serta menambah jumlah fakultas kedokteran untuk meningkatkan jumlah dokter.

Dii bidang pendidikan, program populis Prabowo adalah pemberian beasiswa ke luar negeri untuk bidang studi prioritas Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM).

Menurut saya, ini langkah yang berani dan tentu berisiko. Berani karena memang prioritas kebutuhan kita adalah bidang STEM untuk menopang industri dalam negeri demi mencapai Indonesia maju, sebagaimana pernah dilakukan oleh Singapura. Lompatan ini harus dilakukan.

Bahkan, Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Suryopratomo, dalam opininya yang berjudul Mungkinkah Hilirisasi Tanpa Penguasaan Teknologi di Harian Kompas (29/2/2024) menyarankan langkah ekstrem: “80 persen mahasiswa yang mendapatkan beasiswa LPDP harus mengambil bidang engineering dan sisanya baru untuk ilmu-ilmu sosial.”

Program-program tersebut terus direpetisi oleh Prabowo untuk merespons pertanyaan dari panelis dan capres lain.

Berbeda dengan Prabowo yang fokus pada program kerja, Ganjar menyeimbangkan antara program kerja dan kritiknya kepada kekuasaan.

Ganjar mencanangkan satu desa satu fasilitas kesehatan satu tenaga kesehatan. Di samping itu, program Ganjar berupa fasilitas pendidikan yang baik dan sekolah inklusi.

Ganjar juga menyinggung soal aspirasi buruh untuk me-review UU Cipta Kerja, namun tidak dielaborasi lebih mendalam dalam sesi-sesi berikutnya, baik oleh Ganjar maupun kedua capres yang lain.

Persona Ganjar sebagai sosok yang merakyat tetap melekat. Ia menyebut beberapa nama untuk menyampaikan beberapa isu strategis. Ini menyiratkan bahwa program Ganjar merupakan aspirasi dari bawah.

Ganjar juga memajukan program internet gratis, yang kemudian dibandingkan dengan program makan gratis Prabowo.

Sementara kritik keras dari Ganjar terhadap kondisi yang berkembang saat ini adalah soal konflik kepentingan dan menurunnya integritas dan demokrasi. Bahkan, Ganjar memungkasi debat dengan closing statement yang membentur dinding-dinding pusat kekuasaan dan oligarki.

Ganjar menutup dengan semangat perlawanan: melawan politik dinasti, kepentingan keluarga dan sepertiga oligarki ekonomi untuk memastikan track demokrasi berjalan dengan baik.

Lebih keras lagi, Ganjar meminjam pernyataan Jokowi dalam debat capres 2019 untuk menyerukan: “jangan pilih pemimpin yang punya potongan diktator dan pelanggar HAM.”

Jikapun ada kejutan dalam debat terakhir ini, closing statement Ganjar masuk di dalamnya, dan menjadikan Ganjar lebih oposisi ketimbang Anies.

Bagaimana dengan Anies?

Seperti debat-debat sebelumnya, Anies selalu memotret persoalan-persoalan akut yang ada di republik ini. Mulai dari ketidakadilan dan ketimpangan, penguasaan segelintir orang terhadap perekonomian Indonesia, pengangguran, hingga persoalan jaminan sosial, kesehatan dan pendidikan.

Persoalan-persoalan tersebut dikemas dengan diksi-diksi yang powerfull yang memang khas Anies. Diksi-diksi bernas adalah senjatanya, matching dengan setelan jas dan peci hitam yang ia kenakan; menampilkan kesan orang sekolahan.

Anies konsisten mengambil jalan yang berseberangan dengan kekuasaan saat ini. Oposisi berangkat dari persoalan, sementara the ruling candidate berangkat dari capaian.

Di tengah gelapnya persoalan berbangsa dan bernegara tersebut, Anies ingin hadir sebagai pembawa lentera, yang menjadi penerang bangsa agar masyarakatnya hidup sehat, tumbuh cerdas, keluarga sejahtera, menjunjung tinggi etika dan intinya hidup dalam persatuan dengan rasa keadilan.

Begitulah cita-cita Anies, yang menurut dia, juga cita-cita para pendiri republik ini. Untuk mencapai cita-cita itu, dalam debat pamungkas kali ini, Anies memajukan pendirian kementerian kebudayaan, yang juga disetujui oleh capres lain, Prabowo.

Gagasan dan program Anies dalam debat ketiga ini lebih banyak menekankan pada sektor pendidikan.

Sederet program ‘konkret’ bisa kita sebutkan: mulai dari kesejahteraan pendidik dengan penghasilan yang adil, percepatan sertifikasi guru, pengangkatan guru honorer, beasiswa untuk anak guru dan dosen serta tenaga kependidikan, tunjungan dosen dan peneliti berdasarkan kinerja, dan mengurangi beban administrasi dosen.

Sektor pendidikan memang dikuasai betul oleh Anies. Ini bisa dipahami karena latar belakang dia sebagai pendidik, mantan rektor perguruan tinggi, hingga mantan menteri pendidikan dan kebudayaan.

Dengan melihat program-program capres dalam debat pamungkas ini, dan terlepas dari kontroversi yang ada, makan gratis merupakan program yang cemerlang karena langsung menyentuh end user, yaitu individu.

Bisa dikatakan, program makan gratis ini merupakan perpaduan dari kepemimpinan populis dan strategi elektoral untuk mengabarkan kepada rakyat bahwa negara hadir dalam piring-piring rakyat.

https://nasional.kompas.com/read/2024/02/07/10300051/debat-capres-antiklimaks--capres-ikut-selera-pasar

Terkini Lainnya

Jokowi dan Megawati Peringati Harlah Pancasila di Tempat Berbeda, PDI-P: Komplementer Satu Sama Lain

Jokowi dan Megawati Peringati Harlah Pancasila di Tempat Berbeda, PDI-P: Komplementer Satu Sama Lain

Nasional
Serangan di Rafah Berlanjut, Fahira Idris: Kebiadaban Israel Musnahkan Palestina

Serangan di Rafah Berlanjut, Fahira Idris: Kebiadaban Israel Musnahkan Palestina

Nasional
Resmikan Layanan Elektronik di Pekanbaru, Menteri AHY Harap Pelayanan Sertifikat-el Lebih Cepat dan Aman

Resmikan Layanan Elektronik di Pekanbaru, Menteri AHY Harap Pelayanan Sertifikat-el Lebih Cepat dan Aman

Nasional
Moeldoko: Tapera Tak Akan Ditunda, Wong Belum Dijalankan

Moeldoko: Tapera Tak Akan Ditunda, Wong Belum Dijalankan

Nasional
Megawati Kenang Drama 'Dokter Setan' yang Diciptakan Bung Karno Saat Diasingkan di Ende

Megawati Kenang Drama "Dokter Setan" yang Diciptakan Bung Karno Saat Diasingkan di Ende

Nasional
Hari Jadi Ke-731, Surabaya Catatkan Rekor MURI Pembentukan Pos Bantuan Hukum Terbanyak Se-Indonesia

Hari Jadi Ke-731, Surabaya Catatkan Rekor MURI Pembentukan Pos Bantuan Hukum Terbanyak Se-Indonesia

BrandzView
Tinjau Fasilitas Pipa Gas Cisem, Dirtekling Migas ESDM Tekankan Aspek Keamanan di Migas

Tinjau Fasilitas Pipa Gas Cisem, Dirtekling Migas ESDM Tekankan Aspek Keamanan di Migas

Nasional
Jokowi Resmikan Sistem Pengelolaan Air di Riau Senilai Rp 902 Miliar

Jokowi Resmikan Sistem Pengelolaan Air di Riau Senilai Rp 902 Miliar

Nasional
Megawati Didampingi Ganjar dan Mahfud Kunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende

Megawati Didampingi Ganjar dan Mahfud Kunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende

Nasional
Jelang Idul Adha, Dompet Dhuafa Terjunkan Tim QC THK untuk Lakukan Pemeriksaan Kualitas dan Kelayakan Hewan Ternak

Jelang Idul Adha, Dompet Dhuafa Terjunkan Tim QC THK untuk Lakukan Pemeriksaan Kualitas dan Kelayakan Hewan Ternak

Nasional
Buronan Thailand yang Ditangkap di Bali Pakai Nama Samaran Sulaiman

Buronan Thailand yang Ditangkap di Bali Pakai Nama Samaran Sulaiman

Nasional
Pansel Bakal Cari 10 Nama Capim KPK untuk Diserahkan ke Jokowi

Pansel Bakal Cari 10 Nama Capim KPK untuk Diserahkan ke Jokowi

Nasional
Kritik Putusan MA, PDI-P: Harusnya Jadi Produk DPR, bukan Yudikatif

Kritik Putusan MA, PDI-P: Harusnya Jadi Produk DPR, bukan Yudikatif

Nasional
Projo Beri Sinyal Jokowi Pimpin Partai yang Sudah Eksis Saat Ini

Projo Beri Sinyal Jokowi Pimpin Partai yang Sudah Eksis Saat Ini

Nasional
Projo Minta PDI-P Tidak Setengah Hati Jadi Oposisi

Projo Minta PDI-P Tidak Setengah Hati Jadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke