Salin Artikel

Gimik Kampanye Politik, dari "Selepet", "Gemoy", hingga Salam "Hunger Games"

JAKARTA, KOMPAS.com - Politik yang bergulir hari ini disebut “membenci” masa lalu dan tidak memiliki kesadaran sejarah yang cukup, sehingga memunculkan politik “gemoy”, “selepet”, dan “hunger games”.

Penulis sekaligus Pemimpin Redaksi Narasi, Zen RS menyinggung para calon presiden (Capres) dan gejala umum di politik yang tidak mau permasalahan masa lalu mereka diungkit.

Pernyataan itu Zen RS sampaikan saat menghadiri peluncuran kembal laman RekamJejak.net milik Indonesia Corruption Watch (ICW) yang bekerja sama dengan LSM lain dan Narasi.

Laman itu menyuguhkan riwayat calon anggota legislatif (Caleg), termasuk eks narapidana korupsi dan narapidana umum.

“Politik Indonesia hari ini adalah politik yang sama sekali enggak memberi tempat pada ingatan,” ujar Zen RS di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Minggu (26/11/2023).

“Semuanya membenci masa lalu. Makanya yang muncul adalah ‘hunger games’, ‘selepet’, dan ‘gemoy,” lanjutnya.

Menurut Zen, politik hari ini hanya memikirkan bagaimana meraih kemenangan saat ini dengan perhitungan terkini.

Mereka tidak mau sejarah politisi dibahas publik. Ia mencontohkan, terdapat sosok yang tidak suka jika keterlibatannya dalam politik identitas diungkit.

Calon lainnya tidak mau persoalan izin lingkungan yang diterbitkan ketika menjadi gubernur dibahas. 

“Ada yang tidak mau kasus penculikan dan pelanggaran HAM-nya diungkit-ungkit,” ujar Zen.

Akibat lain gejala politik yang membenci masa lalu itu adalah institusi negara menutup-nutupi rekam jejak para kandidat pejabat publik.

Contohnya adalah sangat sedikit partai yang mengizinkan calegnya membuka daftar riwayat hidup mereka di situs Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Menurut Zen, fenomena politik yang lepas dari kesadaran sejarah bukan tidak memiliki konsekuensi.

“Sebagai konsekuensi tidak memiliki kesadaran historis pasti tidak punya perspektif tentang masa depan,” tutur Zen.

Pada kesempatan itu, Zen mengutip pernyataan sejarawan Inggris, John Robert Seeley yang menyebut, “politics without history has no roots; history without politics bears no fruits”.

Hal itu berarti politik tanpa sejarah tidak memiliki akar; sejarah tanpa politik tidak akan membuahkan hasil.

“Sejarah akhirnya hanya menjadi semata-mata tanggal dan almanak. Tapi politik dan ilmu politik yang tidak memberi tempat pada sejarah akhirnya tidak punya angka,” kata dia.

Jurnalis senior itu mengaku, baginya politik tanpa kesadaran sejarah bukanlah tindakan politis.

Ketika ia datang ke bilik suara tanpa memiliki kesadaran politik, misalnya, maka ia merasa tindakan tersebut hanya aktivitas sehari-hari.

“Politik Indonesia hari ini sangat membutuhkan kesadaran historis. Tanpa itu kita akan larut pada apa yang tadi saya bilang, politik ‘selepet’, ‘hunger games’, dan ‘gemoy’,” ujar Zen.

Gimik politik dan catatan masa lalu capres

Bicara soal masa lalu, ketiga calon presiden yang kini bertarung di Pilpres 2024 dinilai sama-sama punya noda hitam yang tak begitu saja bisa dihapuskan dengan gimik-gimik politik. 

Capres nomor urut 1 Anies Baswedan misalnya, kerap mendapat stigma politik identitas.

Banyak pihak menganggap Anies diuntungkan politik identitas yang terjadi pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2017 lalu.

Namun, hal itu dibantah partai pengusungnya.

Belakangan Anies dan pendampingnya, Muhaimin Iskandar, ramai dibicarakan karena aksi selepet sarung.

Dalam video yang diunggah Anies di media sosial, Muhaimin menjelaskan fungsi sarung. Diantaranya untuk menyelepet (mencambuk).

Muhaimin pun menyelepet sarung itu ke Anies dan keduanya sontak tertawa. 

Sementara itu, capres nomor urut 2 Prabowo Subianto kerap dikaitkan dengan kasus pelanggaran HAM masa lalu. Mantan Danjen Kopassus itu disebut berhubungan dengan penculikan aktivis 1998.

Adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo menyebut kasus yang menyeret kakaknya itu sudah sering dibahas namun tidak terbukti.

Namun, alih-alih riwayat masa lalu Prabowo yang dibahas, ia justru diidentikkan dengan gemoy.

Gemoy yang berarti gemas biasanya ditujukan kepada anak kecil yang menggemaskan.

Penggunaan narasi "gemoy" ini disorot oleh sejumlah pihak karena dinilai terkait substansi politik atau program kerja capres-cawapres.

Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Gibran mengeklaim, narasi “gemoy” muncul di tengah masyarakat secara organik.

"Bukan kami yang bikin ide 'gemoy', bukan. Ini tumbuh secara organik dari bawah dan ketertarikan anak muda itu," kata Roslan saat ditemui usai meresmikan markas Sekretariat (TKN) Prabowo-Gibran di Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (26/11/2023).

Sementara itu, capres nomor 3 Ganjar Pranowo menjadi sosok yang dipandang memiliki persoalan izin lingkungan saat menjabat Gubernur Jawa Tengah.

Ganjar disorot terkait izin pendirian pabrik semen di Rembang dan penambangan batu di Wadas, Purworejo Jawa Tengah.

Namun, Ganjar belakangan justru ramai dibincangkan dengan salam tiga jari three finger salute ala film The Hunger Games.

Sorotan itu dari video Ganjar bersama pendukungnya yang diunggah di media sosial.

Dalam film Hunger Games diceritakan para pemberontak yang melawan pemerintah tirani.

https://nasional.kompas.com/read/2023/11/27/06495761/gimik-kampanye-politik-dari-selepet-gemoy-hingga-salam-hunger-games

Terkini Lainnya

Tanggal 18 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 18 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Polisi Temukan Bahan Peledak Saat Tangkap Terduga Teroris di Karawang

Polisi Temukan Bahan Peledak Saat Tangkap Terduga Teroris di Karawang

Nasional
Polisi Tangkap Satu Terduga Teroris Pendukung ISIS dalam Penggerebekan di Karawang

Polisi Tangkap Satu Terduga Teroris Pendukung ISIS dalam Penggerebekan di Karawang

Nasional
BPIP: Kristianie Paskibraka Terbaik Maluku Dicoret karena Tak Lolos Syarat Kesehatan

BPIP: Kristianie Paskibraka Terbaik Maluku Dicoret karena Tak Lolos Syarat Kesehatan

Nasional
Sekjen Tegaskan Anies Tetap Harus Ikuti Aturan Main meski Didukung PKB Jakarta Jadi Cagub

Sekjen Tegaskan Anies Tetap Harus Ikuti Aturan Main meski Didukung PKB Jakarta Jadi Cagub

Nasional
PKB Tak Resisten Jika Anies dan Kaesang Bersatu di Pilkada Jakarta

PKB Tak Resisten Jika Anies dan Kaesang Bersatu di Pilkada Jakarta

Nasional
Ditanya Soal Berpasangan dengan Kaesang, Anies: Lebih Penting Bahas Kampung Bayam

Ditanya Soal Berpasangan dengan Kaesang, Anies: Lebih Penting Bahas Kampung Bayam

Nasional
Ashabul Kahfi dan Arteria Dahlan Lakukan Klarifikasi Terkait Isu Penangkapan oleh Askar Saudi

Ashabul Kahfi dan Arteria Dahlan Lakukan Klarifikasi Terkait Isu Penangkapan oleh Askar Saudi

Nasional
Timwas Haji DPR Ingin Imigrasi Perketat Pengawasan untuk Cegah Visa Haji Ilegal

Timwas Haji DPR Ingin Imigrasi Perketat Pengawasan untuk Cegah Visa Haji Ilegal

Nasional
Selain Faktor Kemanusian, Fahira Idris Sebut Pancasila Jadi Dasar Dukungan Indonesia untuk Palestina

Selain Faktor Kemanusian, Fahira Idris Sebut Pancasila Jadi Dasar Dukungan Indonesia untuk Palestina

Nasional
Kritik Pengalihan Tambahan Kuota Haji Reguler ke ONH Plus, Timwas Haji DPR: Apa Dasar Hukumnya?

Kritik Pengalihan Tambahan Kuota Haji Reguler ke ONH Plus, Timwas Haji DPR: Apa Dasar Hukumnya?

Nasional
Pelaku Judi 'Online' Dinilai Bisa Aji Mumpung jika Dapat Bansos

Pelaku Judi "Online" Dinilai Bisa Aji Mumpung jika Dapat Bansos

Nasional
Kemenag: Pemberangkatan Selesai, 553 Kloter Jemaah Haji Indonesia Tiba di Arafah

Kemenag: Pemberangkatan Selesai, 553 Kloter Jemaah Haji Indonesia Tiba di Arafah

Nasional
Pengamat Sebut Wacana Anies-Kaesang Hanya 'Gimmick' PSI, Risikonya Besar

Pengamat Sebut Wacana Anies-Kaesang Hanya "Gimmick" PSI, Risikonya Besar

Nasional
Jelang Idul Adha 2024, Pertamina Patra Niaga Sigap Tambah Solar dan LPG 3 Kg

Jelang Idul Adha 2024, Pertamina Patra Niaga Sigap Tambah Solar dan LPG 3 Kg

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke