JAKARTA, KOMPAS.com - Politikus PDI Perjuangan Andreas Hugo Pareira mengaku partainya kecewa karena ditinggalkan Presiden Joko Widodo.
Namun, katanya, PDI-P tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan sehingga akan terus melangkah ke depan untuk memenangkan bakal capres-cawapres Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
“Kalau mau bilang kekecewaan kami, itu yang kami rasakan, tapi yang pasti kami akan move on,” kata Andreas dalam tayangan Sapa Indonesia Pagi Kompas TV, Senin (30/10/2023).
Andreas menyebut, PDI-P telah memberikan banyak hal ke Jokowi. Di bawah kepemimpinan Megawati Soekarnoputri, partai banteng mengantarkan Jokowi ke kursi Wali Kota Surakarta, Gubernur DKI Jakarta, hingga presiden dua periode.
Ketika banyak pihak menyerang bahkan menghina Jokowi, kata Andreas, Megawati dan PDI-P membela paling depan.
Namun, kini, Jokowi justru memberikan restu ke putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres) pendamping calon presiden (capres) kubu lawan, Prabowo Subianto.
“Saya sebagai kader PDI Perjuangan ada rasa kecewa ada rasa malu juga karena kami dulu habis-habisan membela yang bersangkutan, tapi kemudian yang terjadi adalah hal seperti ini,” ujarnya.
Meski ditinggalkan PDI-P, Andreas mengaku partainya tak takut kehilangan insentif elektoral. Memang, elektoral penting untuk memenangkan pemilu.
Namun, menurutnya, PDI-P merupakan partai besar yang sudah ada sejak era sebelum Reformasi. Dukungan publik untuk PDI-P disebut tidak hanya bergantung dari sosok Jokowi saja.
“PDI Perjuangan itu sudah dari dulu, dari tahun 1999, Reformasi, kita ada dalam posisi menang, kita ada dalam posisi kita kalah, dan kemudian kita menang lagi, dan itu tidak hanya tergantung pada satu orang,” kata Andreas.
Publik, lanjut Andreas, dapat menilai dinamika politik yang terjadi saat ini antara PDI-P dan Jokowi. Bahwa PDI-P, klaim dia, tak mengutamakan kepentingan keluarga dalam proses demokrasi.
Padahal, jika bersedia, Megawati sebagai pimpinan tertinggi partai banteng bisa menjagokan putra-putrinya di panggung pemilihan.
“Kita bicara soal kepentingan bangsa dan negara, yang lain bicara soal kepentingan keluarga,” kata Andreas.
“Buat PDI perjuangan kita tetap tegar, tegar di situasi seperti ini, yang dulu-dulu aja lebih sulit kita hadapi, apalagi yang kayak gini,” tutur anggota Komisi X DPR RI itu.
Menurut PDI-P, Jokowi meninggalkan partai sejak merestui putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, menjadi bakal cawapres pendamping bakal capres Koalisi Indonesia Maju, Prabowo Subianto.
Pasalnya, Gibran merupakan bagian dari PDI-P. Wali Kota Surakarta itu justru menjadi cawapres kubu lawan alih-alih memenangkan bakal capres yang diusung partainya sendiri, Ganjar Pranowo.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, tidak sedikit akar rumput PDI-P yang tak percaya bahwa Jokowi, yang sebelumnya disebut-sebut sebagai kader terbaik, justru berpaling dari partai.
“PDI Perjuangan saat ini dalam suasana sedih, luka hati yang perih, dan berpasrah pada Tuhan dan rakyat Indonesia atas apa yang terjadi saat ini,” kata Hasto melalui keterangan tertulis kepada awak media, Minggu (29/10/2023).
Padahal, kata Hasto, Jokowi mendapat dukungan teramat besar dari akar rumput dan simpatisan PDI-P. Dukungan itu mampu mengantarkan Jokowi ke kursi Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga Presiden dua periode.
“Kami begitu mencintai dan memberikan privilese yang begitu besar kepada Presiden Jokowi dan keluarga, namun kami ditinggalkan karena masih ada permintaan lain yang berpotensi melanggar pranata kebaikan dan konstitusi,” tutur Hasto.
https://nasional.kompas.com/read/2023/10/30/13415151/soal-ditinggal-jokowi-politikus-pdi-p-kami-kecewa-tapi-pasti-move-on