Salin Artikel

Pak Lurah Bukan Jokowi

Bagi saya, film ini seperti karikatur tentang tingkah laku sebagian masyarakat dan personel pemerintahan negeri ini, saat ini, yang suka berjoget lenggak-lenggok, goyang badan.

Dalam film ini, dikisahkan tentang seorang Kepala Desa Bangun Mapan bernama Janji Upaya (dibintangi Ibnu Jamil). Ia seorang kepala desa teladan ganteng yang kemudian menjadi duda keren.

Film drama komedi ini dibuka dengan adegan orang-orang bernyanyi, berjoget dan arak-arakan menyambut pemilihan umum di Desa Bangun Mapan yang saat itu dipimpin Kepala Desa Janji Upaya.

Kemudian disusul adegan Kepala Desa atau Pak Lurah Janji Upaya berpidato (kampanye) di panggung Desa Bangun Mapan.

Pak Lurah berjanji akan melaksanakan janji-janji yang diucapkan dalam kampanye. Tujuh janji dituliskan dalam spanduk-spanduk dan baliho.

Ketika Pak Lurah Janji Upaya menyampaikan pidatonya, seseorang lawannya yang kalah dalam pemilihan, naik panggung dan merampas mic yang dipegang Pak Lurah.

Lawan politik Pak Lurah itu juga merobohkan baliho yang berisi janji-janji kampanye tersebut. Malangnya, baliho itu menimpa sang lawan politik. Sang lawan politik meninggal dunia.

Bukan Jokowi

Dalam jumpa pers peluncuran film ini, seorang wartawan bertanya, “Kok Lurah Janji Upaya, mirip Pak Jokowi?”

Garin Nugroho mengatakan tidak mirip atau tidak sama.

“Ya bukan. Karena dia (Lurah Janji Upaya) memang hanya mau dua periode dan menolak tiga periode. Janji Upaya juga percaya bahwa penggantinya akan meneruskan kinerjanya atau program-programnya yang baik dan menggantikan program-program yang buruk,” demikian kata Garin Nugroho.

Pada akhir film ini, Pak Lurah Janji Upaya berpidato. Ia hanya akan memegang jabatan kepala desa ini selama dua periode saja.

Ia yakin dan percaya penggantinya akan melanjutkan hal-hal baik pemerintahannya dan menghilangkan kerja-kerjanya yang tidak baik.

“Saya tidak akan mencalonkan diri ketiga kali. Cukup dua kali,” kata Pak Lurah Desa Bangun Mapan, Janji Upaya.

Kemudian warga Desa Bangun Mapan yang sudah merasakan keberhasilan kerja Pak Lurah bertanya demikian:

“Wah nanti program tidak diteruskan,” komentar warga dalam film drama komedi yang diputar di wilayah Kuningan, Jakarta, Kamis, 14 September 2023.

“Saya tidak khawatir, program yang bagus akan diteruskan, program yang kurang bagus akan diganti atau diperbaiki oleh pemimpin baru. Saya yakin para pemilih dari warga desa ini cukup teruji dan pandai untuk memilih pemimpinnya yang baru, yang cerdas dengan program terpuji,” jawab Pak Lurah Janji Upaya.

Jawaban Pak Lurah ini menunjukan penghormatan dan rasa percaya tinggi kepada masyarakat desanya yang dipimpin selama dua periode. Ia berpikir positif terhadap rakyatnya dalam menghadapi pemilu.

Pak Lurah Janji Upaya tidak mendewakan dirinya. Dia yakin ada orang baik lain yang akan meneruskan pemerintahannya.

Ia menolak bujuk rayu orang-orang di sekitarnya untuk melanjutkan pemerintahannya sampai tiga periode.

Pak Lurah Janji Upaya juga menolak bujuk rayu agar menerima investasi dari luar yang merusak lingkungan. Ia tidak mau mendewakan investasi dari luar sebagai modal utama pembangunan desanya.

Pak Lurah Desa Janji Upaya, selama memimpin Desa Bangun Mapan itu, justru menginginkan rakyatnya mengejar janji-janji yang pernah dia sampaikan di muka publik.

Untuk mendorong masyarakat Desa Bangun Mapan mengejar janjinya, Lurah Janji Upaya menuliskan tujuh janjinya di baliho-baliho dan spanduk-spanduk.

Lurah Janji Upaya yakin bila ia berupaya dengan segala upaya memperpanjang masa pemerintahannya (tiga periode) justru akan meninggalkan pewarisan atau legasi buruk bagi desanya.

Tiga periode akan menampilkan arogansi diri, arogansi rezim. Ini legasi buruk dan jahat sekali.

Kampanye para pembantu Pak Lurah Bangun Mapan agar masyarakat menerima pemerintahan tiga periode boleh disebut justru akan memunculkan citra buruk rezim desa itu. Ini desa baik, bukan desa dengan karakter “kampungan”.

Kalau para pembantu Pak Lurah Janji Upaya yang berkarakter kampungan ingin agar desa itu baik, janganlah Desa Bangun Mapan diseret untuk berkarakter kampungan pula, yaitu agar Pak Lurah melanjutkan masa berkuasanya sampai tiga periode.

Ini pendapat saya bersama rekan-rekan saya yang telah menonton film dan mendiskusikan film tersebut untuk menyambut Pemilihan Umum 2024.

Saya nonton film Kejarlah Janji ini antara lain bersama mantan anggota KPU Sulawesi Utara Yessy Momongan yang banyak mengkritisi film ini dan suasana negeri ini jelang Pemilu 2024.

Yessy juga banyak bercerita tentang pengalamannya ketika berlangsung pendaftaran partai politik negeri ini.

“Tujuan baik tidak harus dikejar dengan cara-cara curang, tidak jujur dan pengubahan data tidak jujur,” ujar Yessy menyimpulkan cerita pengalamannya.

Selain itu saya juga didampingi editor film ini, Mas Pulung yang mengatakan keinginannya agar film ditonton masyarakat di desa-desa, kampung-kampung dan tempat lainnya sebagai tontonan umum. Mas Pulung suka ini dipertontonkan sebagai layar tancep.

“Masyarakat bisa nonton dengan santai sambil makan kacang, bercanda dan langsung mengomentari adegan-adegan film secara langsung,” ujar Mas Pulung.

Saya menonton film ini secara khusus di tempat editing film, yakni The Post - Coffee and Eatery, Jalan Cipete Dalam, Jakarta Selatan.

Film ini saya lihat sebagai mozaik dari banyak potret atau foto kehidupan masyarakat Indonesia saat ini.

Gemar berswafoto (selfie), joget menggoyang tubuh seperti artis lagu campursari atau dangdut koplo, creambath rambut, tawuran, membawa kipas angin kecil, gosip tentang pejabat pemerintah yang “berselingkuh”, makan dan duduk di sekitar gerobak penjual makanan atau angkringan, debat gaya atau model para perempuan di kampung-kampung padat dan seterusnya.

Tentu juga film yang diproduksi oleh produser Marlia Nurdiyanti, Rina Damayanti dan Susi Roseliawati ini juga berkisah tentang cinta asmara.

Lebih dari itu, nampaknya Garin Nugroho juga mengemukakan pendapatnya tentang negeri ini. Rakyat, pemimpinnya dan rezimnya, adalah kaum berkebudayaan melodrama.

Garin juga mengkarikaturkan suasana politik, sosial dan gerak seni massa kurang mendapat panduan. Hingga sering terjadi keriuhan.

Sering terjadi suasana seperti pepatah yang diplesetkan Garin Nugroho, “Bukan Anjing menggonggong kafilah berlalu, tapi yang terjadi anjing menggonggong para relawan atau pendengung ikut menggonggong”.

Riuhlah negeri ini disamping karena munculnya tragedi berdarah sepakbola Kanjuruhan (Malang), tragedi Pulau Rempang, kasus Sambo dan seterusnya.

Ini titik-titik bersejarah tentang Indonesia selama 10 tahun terakhir ini yang tentu dicatat sejarah dunia.

Menyertai film ini, Garin Nugroho juga menitipkan sejumlah kata seperti berikut.

“Koalisi yang kuat untuk menang memang perlu, tapi koalisi yang penting adalah koalisi dengan warga dan harapannya serta koalisi dalam rekam jejak bukan maya.”

https://nasional.kompas.com/read/2023/09/26/05450031/pak-lurah-bukan-jokowi

Terkini Lainnya

Pansel Diminta Coret Capim KPK yang Buruk, Jangan Sampai Lolos ke DPR

Pansel Diminta Coret Capim KPK yang Buruk, Jangan Sampai Lolos ke DPR

Nasional
Bertolak ke Riau, Presiden Jokowi Bakal Resmikan Tol dan Sistem Pengelolaan Air

Bertolak ke Riau, Presiden Jokowi Bakal Resmikan Tol dan Sistem Pengelolaan Air

Nasional
Soal Putusan MA, Pakar: Pertimbangan Hukum Hakim Sangat Dangkal

Soal Putusan MA, Pakar: Pertimbangan Hukum Hakim Sangat Dangkal

Nasional
Survei Kepuasan Pelanggan Antam Naik pada 2023

Survei Kepuasan Pelanggan Antam Naik pada 2023

Nasional
4 Terdakwa Kasus Gereja Kingmi Mile Jalani Sidang Vonis Hari Ini

4 Terdakwa Kasus Gereja Kingmi Mile Jalani Sidang Vonis Hari Ini

Nasional
Secepat Kilat MA Ubah Aturan Batas Usia Kepala Daerah yang Buka Jalan Kaesang Jadi Cagub

Secepat Kilat MA Ubah Aturan Batas Usia Kepala Daerah yang Buka Jalan Kaesang Jadi Cagub

Nasional
Pakar Bicara Kesamaan Pola Putusan MA dan MK, Terganjal Syarat Pencalonan

Pakar Bicara Kesamaan Pola Putusan MA dan MK, Terganjal Syarat Pencalonan

Nasional
Momen Jokowi 'Nge-mal' di Sumsel, Ajak Bocah Makan 'Snack' di Mejanya

Momen Jokowi "Nge-mal" di Sumsel, Ajak Bocah Makan "Snack" di Mejanya

Nasional
Pansel Capim KPK: Komposisi Dianggap Bermasalah, Diingatkan Jangan Loloskan Calon Titipan

Pansel Capim KPK: Komposisi Dianggap Bermasalah, Diingatkan Jangan Loloskan Calon Titipan

Nasional
Perkuatan Komando dan Interoperabilitas di Kawasan Laut China Selatan

Perkuatan Komando dan Interoperabilitas di Kawasan Laut China Selatan

Nasional
Penguntitan Jampidsus Dianggap Selesai, Anggota Densus Tidak Disanksi

Penguntitan Jampidsus Dianggap Selesai, Anggota Densus Tidak Disanksi

Nasional
Pansel Capim KPK 2024-2029 Didominasi Unsur Pemerintah

Pansel Capim KPK 2024-2029 Didominasi Unsur Pemerintah

Nasional
Putusan MA Miliki Modus Sama dengan Putusan MK, Kali Ini Karpet Merah untuk Kaesang?

Putusan MA Miliki Modus Sama dengan Putusan MK, Kali Ini Karpet Merah untuk Kaesang?

Nasional
Perludem: Putusan MA Keliru, Mencampur Aduk Syarat Calon dan Calon Terpilih

Perludem: Putusan MA Keliru, Mencampur Aduk Syarat Calon dan Calon Terpilih

Nasional
Pemerintah Arab Saudi Perketat Jalur Masuk Mekkah, Antisipasi Jemaah Haji Ilegal

Pemerintah Arab Saudi Perketat Jalur Masuk Mekkah, Antisipasi Jemaah Haji Ilegal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke