Alasannya, keputusan seorang pemimpin tak bisa memuaskan semua pihak. Hal itu juga dirasakan Ganjar dalam menjalankan tugasnya sehari-hari di Jawa Tengah.
“Kita harus terbiasa di-bully, 'Ah, pencitraan'. Tadi, Mas Anies juga bilang itu (soal) pencitraan. Keputusannya tidak bisa menyenangkan semua pihak, dan saya percaya namanya pemimpin itu tidak boleh ragu,” kata Ganjar dalam acara Hari Menjadi Manusia di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (29/7/2023).
Ia mengungkapkan, sejak awal menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah selalu menghadapi banyak protes dari sejumlah pihak.
Meskipun, menurut Ganjar, berbagai persoalan sudah dimitigasi dan dicarikan solusinya. Tetapi, tetap saja ada pihak yang merasa keberatan.
“Kalau kita mitigasi, nanti akan tidak senang, ngamuk-ngamuk, marah-marah. Banyak kok,” ujarnya.
“Saya jadi gubernur, pertama, ngurusin (persoalan) semen di Rembang, didemo tiap hari. Hari ini masih ngurusin Wadas, dimarahin lagi. Kemarin bicara U20, dimarahin lagi saya,” kata Ganjar lagi.
Sebab, bakal calon presiden (bacapres) PDI-P itu sudah mempersiapkan diri sebelum menjalankan tugas.
“Saya akan menahan posisi saya untuk tidak turun pada posisi terendah. Saya harus fight untuk itu,” ujar Ganjar.
Sebagaimana diketahui, Ganjar telah resmi diusung oleh PDI-P menjadi bakal capres untuk maju di Pilpres 2024.
Selain PDI-P, Ganjar juga sudah mendapatkan dukungan dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hanura, Perindo, dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
https://nasional.kompas.com/read/2023/07/29/22020981/ganjar-sebut-risiko-jadi-pemimpin-di-bully-singgung-soal-semen-rembang