Pemberian penghargaan itu diawali dengan pembacaan sejarah pendirian PKB.
Dalam pendiriannya, inisiator pembentukan PKB, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, yang saat itu menjabat Ketua Umum PBNU, mengadakan rapat tanfiziah dan syuriyah PBNU.
Rapat itu menghasilkan keputusan untuk membentuk tim 5.
Tim Lima diketuai oleh KH Ma`ruf Amin (Rais Suriyah/Kordinator Harian PBNU), dengan anggota, KH M Dawam Anwar (Katib Aam PBNU), Dr KH Said Aqil Siroj, M.A. (Wakil Katib Aam PBNU), HM Rozy Munir,S.E., M.Sc. (Ketua PBNU), dan Ahmad Bagdja (Sekretaris Jenderal PBNU).
Untuk mengatasi hambatan organisatoris, Tim Lima itu dibekali Surat Keputusan PBNU.
Selain itu juga dibentuk Tim Asistensi yang diketuai oleh Arifin Djunaedi (Wakil Sekjen PBNU) dengan anggota H Muhyiddin Arubusman, H.M. Fachri Thaha Ma`ruf, Lc., Drs. H Abdul Aziz, M.A., Drs. H Andi Muarli Sunrawa, H.M. Nasihin Hasan, H Lukman Saifuddin, Drs. Amin Said Husni, dan Muhaimin Iskandar yang belakangan mengambil alih kepemimpinan PKB dari Gus Dur hingga saat ini.
Tim Asistensi bertugas membantu Tim Lima dalam mengiventarisasi dan merangkum usulan yang ingin membentuk parpol baru, dan membantu warga NU dalam melahirkan parpol baru yang dapat mewadahi aspirasi politik warga NU.
Dalam pemberian penghargaan pada sore ini, sejumlah pendiri PKB yang telah tutup usia diwakili untuk menerima penghargaan itu.
Sejak Yahya Cholil Staquf terpilih sebagai Ketum PBNU, hubungan ormas Islam terbesar di Indonesia itu panas-dingin dengan PKB, partai politik yang lahir dari rahim NU.
PKB bersikeras bahwa mereka tak bisa dilepaskan dari NU, sedangkan Yahya dan jajaran berulang kali menegaskan bahwa NU tidak terkait kubu politik mana pun, termasuk PKB.
Pada Januari lalu, pertentangan antara keduanya sempat mencuat.
PBNU kecewa mars perayaan 1 abad hari lahir NU digunakan PKB untuk kepentingan politik sebagail suara latar dalam unggahan akun Instagram DPP PKB untuk acara Sarasehan Nasional Satu Abad NU yang digelar PKB.
Terkini, Wakil Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Sulaeman Tanjung memastikan hingga Sabtu (22/7/2023) pagi, tidak ada undangan untuk Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf untuk menghadiri peringatan harlah ke-25 PKB.
Sebelumnya, pernyataan terkait undangan itu disampaikan oleh Ketua Fraksi PKB DPR RI Cucun Ahmad Syamsurijal dalam jumpa pers, Kamis (20/7/2023).
Cucun juga menyampaikan harapannya agar Yahya dapat hadir.
“Kalau ada yang bilang Ketum PBNU diundang di harlah PKB itu hoaks. Hingga saat ini tidak ada undangan dari PKB,” kata Sulaeman dalam keterangannya, Sabtu.
“Jadi undangan dari PKB kepada PBNU sejauh ini hoaks. Yang tidak hoaks itu harlah NU di Sidoarjo mengundang seluruh ketum partai tapi Cak Imin (Muhaimin Iskandar, Ketum PKB) tidak berani hadir,” ujar dia.
Sulaeman menyayangkan statemen Cucun yang seakan telah mengundang Yahya padahal undangan itu disebut sama sekali tidak ada.
“Di PBNU itu sistem persuratannya sangat rapi. Surat masuk dan keluar tertata dengan rapi dan masuk dalam sistem IT yang terintegrasi sehingga bisa ketahuan kapan ada surat masuk kepada siapa surat ditujukan dan kapan ada surat keluar,” kata Sulaeman.
“Mungkin PKB sistem surat menyuratnya perlu meniru PBNU biar ketahuan apakah memang ada undangan untuk Ketum PBNU? Atau jangan-jangan undangannya memang ndak ada jadi hanya hoaks semata,” sambungnya.
https://nasional.kompas.com/read/2023/07/23/17522711/cak-imin-beri-penghargaan-untuk-para-kiai-nu-pendiri-pkb