JAKARTA, KOMPAS.com - Sandiaga Uno menunjukkan kelihaiannya berpolitik. Delapan tahun berkiprah bersama Partai Gerindra, Sandi, demikian sapaan akrabnya, bermanuver ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Nama Sandi moncer begitu memenangi Pilkada DKI Jakarta 2017 sebagai wakil gubernur berpasangan dengan Anies Baswedan sebagai gubernur.
Panggung Pemilu Presiden (Pilpres) 2019 juga melambungkan namanya sebagai calon wakil presiden (cawapres) pendamping calon presiden (capres) Prabowo Subianto.
Memang, pada akhirnya Sandi gagal menjadi RI-2. Namun, tak berapa lama setelah kontestasi pilpres, mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) itu ditunjuk sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Kabinet Indonesia Maju.
Seolah belum puas, bersamaan dengan perpindahannya ke PPP, kini Sandi mengincar kursi cawapres pendamping bakal capres PDI Perjuangan untuk Pemilu 2024, Ganjar Pranowo.
Pendamping Anies
Sandi mengawali karier politiknya di bawah naungan Partai Gerindra pada tahun 2015. Sebelumnya, dia dikenal sebagai seorang pengusaha.
Belum genap dua tahun menggeluti politik, ia melenggang ke panggung Pilkada 2017. Sandi yang diusung oleh Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, mendampingi calon Wakil Gubernur Anies Baswedan.
Selain Anies-Sandi, Pilkada 2017 diramaikan oleh dua pasangan calon (paslon) lainnya, yakni Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat, serta pasangan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Sylviana Murni.
Pilkada DKI putaran pertama dimenangkan oleh Ahok-Djarot. Sementara, Anies-Sandi di urutan kedua. Dua pasangan calon ini lantas maju ke pilkada putaran kedua.
Di putaran kedua, Anies-Sandi unggul dengan perolehan 3.240.987 atau 57,96 suara, jauh meninggalkan Ahok-Djarot yang mengantongi 2.350.366 atau 42,04 persen suara.
Tepat 16 Oktober 2017, Anies-Sandi dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta masa jabatan 2017-2022 oleh Presiden Joko Widodo.
Duet dengan Prabowo
Namun, baru sekitar sepuluh bulan menjabat sebagai Jakarta-2, tepatnya Agustus 2018, Sandi pamit undur diri dari kursi Wakil Gubernur DKI. Dia hendak mendampingi Prabowo melaju ke panggung Pilpres 2019 sebagai calon wakil presiden (cawapres).
Bersamaan dengan itu, Sandi hengkang dari Gerindra. Langkah ini merupakan permintaan langsung Prabowo.
Manuver tersebut dilakukan agar Sandi bisa diterima oleh dua parpol pengusungnya pada Pilpres 2019, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Jika Sandi tetap bersama Gerindra, capres-cawapres koalisi tersebut akan sama-sama berasal dari partai berlambang garuda itu.
Bersama Prabowo, Sandi pun berlaga di gelanggang Pilpres 2019. Namun, saat itu, dirinya dan Prabowo gagal lantaran kalah suara dari petahana Joko Widodo yang berpasangan dengan Ma'ruf Amin.
Prabowo-Sandi mengantongi 68.650.239 atau 44,50 persen suara, tertinggal jauh dari Jokowi-Ma’ruf yang mendapat 85.607.362 atau 55,50 persen suara.
Kursi menteri
Gagal jadi RI-2, nama Sandi tak banyak terdengar usai Pilpres 2019. Namun, akhir tahun 2020, sosoknya muncul di pemerintahan.
Tepat 22 Desember 2020, Sandi diumumkan oleh Presiden Jokowi sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Kabinet Indonesia Maju. Dia menggantikan Wishnutama.
Selain Sandi, kala itu Jokowi memperkenalkan lima menteri baru lainnya yakni Menteri Sosial Tri Rismaharini, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kelautan dan Perikanan Wahyu Sakti Trenggono, serta Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi.
Usai Pilpres 2019, Gerindra yang mulanya jadi lawan koalisi Jokowi-Ma’ruf memang merapat ke pemerintahan. Prabowo, Ketua Umum Gerindra yang juga capres Pemilu 2019 pasangan Sandi, sudah lebih dulu duduk di kabinet sebagai Menteri Pertahanan.
Sisa satu setengah tahun masa pemerintahan Presiden Jokowi, jabatan sebagai Menparekraf pun masih diemban Sandi hingga saat ini.
Incar cawapres Ganjar
Terbaru, Sandiaga mengumumkan kepindahannya ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Resmi hengkang dari Gerindra pada April 2023, tepat 14 Juni kemarin, Sandi resmi menjadi bagian dari PPP.
Oleh partai Kabah, Sandi ditugaskan menjadi Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) dengan tugas pokok pemenangan PPP dalam pemilu legislatif, pemilu presiden dan wakil presiden, serta pemilihan kepala daerah 2024.
Tak hanya itu, oleh PPP, Sandi diusulkan sebagai bakal cawapres pendamping bakal capres PDI-P, Ganjar Pranowo. Keputusan itu diambil melalui Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) VI PPP yang digelar Sabtu (17/6/2023).
“Mengusulkan Bapak Sandiaga Uno sebagai calon wakil presiden untuk mendampingi calon presiden Ganjar Pranowo dalam Pemilu 2024,” kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) PPP Arwani Thomafi dalam rapimnas.
Partai pimpinan Muhammad Mardiono itu menyebut akan melapor ke Presiden Jokowi ihwal pengusulan Sandiaga sebagai bakal cawapres Ganjar. Sebab, Jokowi merupakan pemimpin pemerintahan saat ini.
PPP juga akan menawarkan kerja sama politik ke Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) untuk mengusung Ganjar-Sandiaga sebagai pasangan capres-cawapres Pemilu 2024.
Meski mengaku bakal memperjuangkan gagasan Sandiaga sebagai cawapres Ganjar, menurut PPP, usulan ini bukan harga mati. Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum PPP Muhammad Mardiono mengatakan, dalam politik, yang harus diutamakan adalah negosiasi, bukan saling mengunci.
“Politik tidak memaksakan. Kalau memaksakan bukan demokrasi,” katanya usai Rapimnas VI PPP di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu.
Terkait ini, PDI-P mengaku sementara waktu akan menampung usulan PPP. Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, gagasan ini perlu ditinjau lebih lanjut.
"Ya tentu saja (digodok dulu). Dan kita juga tahu bagaimana kompetensi leadership dari Pak Sandi. Masing-masing cawapres memiliki suatu keunggulan untuk mendampingi Pak Ganjar," ungkap Hasto saat memberikan keterangan di di Rumah Aspirasi Relawan Ganjar Pranowo, Jakarta Pusat, Sabtu (17/6/2023).
"Tentu saja menghormati usulan dari PPP sama dengan partai lain di mana ada beberapa nama yang sudah masuk dan dibahas secara dinamis oleh Ibu Megawati (Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri)," lanjutnya.
Oportunis
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menilai, manuver Sandiaga memperlihatkan gesitnya dia di pentas politik. Menurut Ujang, ini menunjukkan sikap Sandi yang pragmatis dan cenderung oportunis.
“Politik sangat seperti itu, sangat oportunis dan sangat pragmatis, loncat sini, loncat sana,” kata Ujang kepada Kompas.com, Senin (19/6/2023).
Menurut Ujang, licinnya pergerakan Sandiaga didukung oleh modal kapital yang besar. Seperti diketahui, Sandi tercatat sebagai salah seorang pejabat terkaya di Indoensia.
Ujang menilai, oportunisme di politik bukan hal yang asing. Selama punya kesempatan, tak hanya Sandi, siapa pun diyakini akan mengambil langkah yang paling menguntungkan buat kepentingan pribadi.
Dalam hal ini, Sandi bermanuver dari kursi wakil gubernur ke calon wakil presiden, lantas jabatan menteri. Lalu, dari Gerindra ke PPP.
Langkah perpindahan parpol itu disinyalir sebagai upaya Sandi untuk mendapatkan tiket cawapres pendamping Ganjar pada pemilu presiden mendatang.
“Politik selalu menghadirkan banyak politisi yang seperti itu, tidak membawa loyalitas, tapi membangun pragmatisme. Apa boleh buat, konstruksi politik kita seperti itu, tidak bagus memang, tapi itu terjadi di elite politik kita,” kata Ujang.
“Jadi tidak aneh, tidak heran kalau Sandiaga Uno sangat gesit meliak-liuk bermanuver sana-sini untuk bisa mendapatkan posisi cawapres,” tuturnya.
https://nasional.kompas.com/read/2023/06/19/13082471/gesitnya-manuver-sandiaga-dulu-duet-dengan-anies-lalu-prabowo-kini-incar