Salin Artikel

Bandung Lautan Api: Saat Para Pejuang Membumihanguskan Kota buat Kemerdekaan Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.com - Hari ini, 77 tahun yang lalu, api berkobar di seluruh Bandung. Si jago merah melahap rumah-rumah penduduk dan banyak bangunan vital, membumihanguskan sudut-sudut Kota Kembang.

Sejarah kini mencatat peristiwa tersebut sebagai Bandung Lautan Api, jerih payah para pejuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Awal mula

Peristiwa Bandung Lautan Api bermula dari datangnya tentara Sekutu yang dibonceng tentara NICA Belanda ke Bandung, Jawa Barat, 12 Oktober 1945.

Saat itu, Indonesia baru 2 bulan memproklamirkan kemerdekaan sehingga kondisi pertahanan dan keamanan Tanah Air belum cukup stabil.

Mengutip buku Bandung 1945-1946 (2019) karya Egi Azwul Fikri, kedatangan Sekutu memicu kemarahan rakyat.

Bagaimana tidak, Sekutu di bawah Brigade Mac Donald menuntut agar semua senjata di tangan penduduk Bandung yang sebelumnya dilucuti oleh para pemuda dari tentara Jepang diserahkan ke pihak Sekutu. Tentara Sekutu juga membangun markas di sejumlah hotel di sudut-sudut Kota Bandung.

Rakyat pun dibuat naik pitam. Akhirnya, 21 November 1945 malam, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) serta badan-badan perjuangan melancarkan serangan ke markas-markas Sekutu di Bandung Utara.

Tak menyerah, tiga hari setelah serangan tersebut, Brigade Mac Donald mengultimatum rakyat agar mengosongkan Bandung Utara selambat-lambatnya pada 29 November 1945.

Sekutu juga membagi Kota Bandung menjadi dua wilayah, Bandung Utara untuk wilayah kekuasaan mereka dan Bandung Selatan buat pemerintah RI.

Situasi kian memanas. Ultimatum itu dijawab pasukan Indonesia dengan mendirikan pos-pos gerilya di berbagai titik.

Selama bulan Desember terjadi beberapa pertempuran di berbagai tempat, antara lain Cihaurgeulis, Sukajadi, Pasir Kaliki, dan Viaduct.

Memasuki awal tahun 1946, pertempuran berkobar semakin sporadis. Kemarahan rakyat kian memuncak sehingga Tentara Republik Indonesia (TRI), TNI saat itu, menjalankan operasi pembumihangusan Bandung.

Bandung Lautan Api

Operasi pembumihangusan Bandung diputuskan setelah melalui pembahasan yang panjang.

Dilansir dari laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sekutu yang semakin terdesak oleh perlawanan rakyat mencoba mendekati petinggi pemerintahan RI.

Pada 23 Maret 1946, mereka mengultimatum Perdana Menteri Syahrir agar selambat-lambatnya pukul 24.00 WIB tanggal 24 Maret 1946 pasukan Indonesia meninggalkan Bandung Selatan sejauh 10-11 kilometer dari pusat kota.

Pemerintah RI menolak ultimatum tersebut. Mustahil memindahkan ribuan pasukan dalam waktu singkat.

Akhirnya, melalui musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan (MP3), TRI, aparat pemerintahan, dan para pemimpin laskar perjuangan sepakat untuk membumihanguskan Bandung sebelum meninggalkan kota tersebut.

Benar saja, 24 Maret 1946 pukul 21.00 WIB, operasi dimulai. Gedung pertama yang diledakkan ialah Bank Rakyat.

Disusul dengan pembakaran sejumlah wilayah seperti Banceuy, Cicadas, Braga, dan Tegalega. Anggota TRI juga membakar asrama-asrama mereka.

Pembakaran itu digerakkan oleh 200.000 penduduk dalam waktu 7 jam. Setelahnya, mereka beramai-ramai meninggalkan Bandung yang memerah dilalap api.

Bandung pun luluh lantak bersisa puing dan abu. Akibatnya, Kota Kembang tak bisa dipakai oleh Sekutu sebagai markas militer.

Pertempuran, pengosongan, dan pembumihangusan Bandung menjadi sejarah besar. Penduduk Bandung terpaksa meninggalkan rumah, harta, dan tempat mereka bernaung demi mempertahankan kemerdekaan Tanah Air.

https://nasional.kompas.com/read/2023/03/23/11492811/bandung-lautan-api-saat-para-pejuang-membumihanguskan-kota-buat-kemerdekaan

Terkini Lainnya

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke