Dengan demikian, orangtua mampu menyediakan asupan protein untuk anak sehingga bisa menekan angka kurang gizi kronis atau stunting di Indonesia.
"Jadi, bilangin ke Ibu-ibu, Bapak-bapak, daripada beli rokok, daripada beli pulsa, yang mungkin spending-nya lebih banyak dari itu, mendingan uangnya 2.000 perak sehari beliin telor, atau 15.000 perak seminggu beliin delapan telur," ucap Budi di Gedung Menko PMK, Jakarta, Selasa, (28/2/2023).
Selain menggencarkan asupan protein pada anak, ia meminta para orangtua untuk menimbang berat badan anak setiap satu bulan sekali.
Sebelumnya, rentang waktu menimbang berat badan anak adalah enam bulan sekali.
"Timbang (berat badan anak) yang tadi 6 bulan sekali, jadi sebulan sekali. Tiap bulan nimbang harus naik. Kalau tidak naik, beli telur atau ikan paling gampang," ujar dia.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 sebesar 24,4 persen.
Namun, pada tahun 2022, terdapat penurunan prevalensi stunting menjadi 21,6 persen.
Angka ini diharapkan terus turun, sehingga bisa mencapai target sebesar 14 persen pada tahun 2024.
https://nasional.kompas.com/read/2023/02/28/15563431/tekan-angka-stunting-menkes-daripada-beli-rokok-mending-beli-telur